Prakarsa pemerintah dalam upaya percepatan penurunan stunting memerlukan dukungan para mitra pembangunan yang meliputi dunia usaha, akademisi, organisasi masyarakat madani, filantropi, media, dan masyarakat. Dukungan ini untuk memperluas jangkauan dan cakupan program agar tercipta konvergensi.
Konvergensi merupakan pendekatan yang dapat menjadi acuan dalam penyelenggaraan program mulai tingkat pusat hingga desa. Berbagai elemen yang ada di dalamnya saling mendukung satu sama lain, sehingga target nasional dan daerah dapat berjalan secara efektif.
Sebagai satu cara memperkuat peran akademisi dalam mendukung percepatan penurunan stunting, Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres) hadir sebagai pemateri dalam kegiatan “Pembekalan KKN Tematik: Pencegahan Stunting Melalui Kegiatan Mahasiswa KKN Tematik Berbasis Desa” secara daring yang diselenggarakan oleh Universitas Jember (UNEJ), Jumat (9/7).
Dalam paparannya, Suprayoga Hadi, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan, Setwapres mengatakan, “Akademisi atau perguruan tinggi memiliki peran penting dalam mendukung penurunan stunting, melalui konsep penta helix, yang merupakan syarat penting bagaimana berkolaborasi untuk melakukan konvergensi antar intervensi program yang selama ini masih dilakukan secara sektoral.”
Suprayoga juga menegaskan peran penting akademisi dalam mendukung upaya penurunan stunting, yaitu memberikan masukan dalam pengembangan dan perencanaan program nasional, penerjemahan program di kabupaten/kota dalam konteks sosio-spasial (budaya dan dinamika masyarakat), dan pendampingan di lapangan untuk menjembatani antara ketersediaan sumberdaya dan kebutuhan.
“Saya sangat mengapresiasi inisiatif yang telah digagas ini, mengingat Universitas Jember sudah sangat paham dan siap dalam menyelenggarakan KKN berbasis desa, mengingat pemasalahan stunting sebagian besar ada di desa,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Prof. DR. Yuli Witono, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M), UNEJ menjelaskan KKN tematik stunting bertujuan membangun sinergi komitmen universitas dan pemerintah daerah. Program ini juga sebagai upaya integrasi kegiatan penurunan stunting di tingkat desa/kelurahan. Program ini telah dilakukan UNEJ dengan menerjunkan mahasiswa ke desa sejak 2018. Ke depannya, kegiatan ini akan diikuti oleh sekitar tiga ribu mahasiswa dengan lokasi KKN tersebar di beberapa provinsi.
“Harapan kami, keilmuan yang dimiliki dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat melalui advokasi bagaimana pola asuh yang baik kepada para ibu di desa, sehingga memiliki pemahaman yang baik terkait kembang tumbuh anak yang sehat,” ujarnya.
Dalam sesi diskusi, Abdul Muis, Asisten Deputi Penanggulangan Kemiskinan, Setwapres menyampaikan contoh kegiatan yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk membantu masyarakat di desa, misalnya penyuluhan gizi pada ibu hamil dan baduta. Kegiatan lainnya yang bisa dilakukan yaitu dukungan pada posyandu, mengingat kegiatan posyandu sempat terhenti di masa pandemi.
Penentuan kegiatan bisa dilakukan berdasarkan analisis situasi yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota, mengenai kondisi yang ada di setiap desa. Terdapat 20 indikator intervensi sensitif maupun spesifik dalam anilisis situasi. Para mahasiswa dapat menggunakan data tersebut untuk dapat menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Di tingkat desa, terdapat Kader Pembangunan Manusia (KPM) yang dibentuk oleh Kemendesa PDTT. KPM memiliki aplikasi e-HDW untuk memantau layanan penurunan stunting yang diterima oleh kelompok sasaran. Selain itu, Kemenkes juga mendata kondisi kesehatan dan gizi balita di posyandu, melalui aplikasi e-PPGBM. Para mahasiswa dapat berkontribusi pada pembaruan data aplikasi-aplikasi tersebut. Pembaruan data tersebut turut menyumbang cakupan data stunting di tingkat nasional.
Kegiatan pembekalan program KKN tematik ini dihadiri oleh sekitar seribu peserta yang terdiri dari mahasiswa, perwakilan LP2M Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga, dan perwakilan dari Setwapres. Para peserta juga menyepakati rencana penyelenggaraan forum pembelajaran bersama dengan akademisi lainnya, untuk dapat mereplikasi kegiatan serupa. Pertemuan akan dilaksanakan kembali setelah kegiatan KKN dijalankan, untuk mendapatkan masukan atas pelaksanaan di lapangan.