KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN

Rahasia Surabaya Turunkan Stunting Terendah Se-Indonesia

27 September 2023 | Berita, Media

Kota Surabaya menerima dua penghargaan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam penurunan stunting dan penurunan angka kematian ibu. (Foto: Pemkot Surabaya)

SURABAYA (stunting.go.id)- Kota Surabaya adalah pencetak rekor prevalensi stunting terendah se-Indonesia, dengan angka 4,8 persen menurut SSGI tahun 2022. Angka ini tergolong sangat rendah, mengalahkan Denpasar yang prevalensinya 5,5 persen dan Jakarta Selatan 11,9 persen (SSGI 2022).

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi membocorkan rahasia bagaimana menurunkan angka stunting secara drastis. Karena tahun 2021 prevalensi stunting Surabaya masih di angka 28,9 persen atau sebanyak 6.722 balita terindikasi stunted, namun tahun berikutnya, tahun 2022 balita stunted tinggal 923 jiwa. Malah berdasar bulan penimbangan serentak, prevalensi stunting di Surabaya pada 2022 hanya tinggal 1,22 persen.

Menurut Eri Cahyadi, stunting adalah musuh utama yang akan diberantas pada masa jabatannya. Sejak awal diamanahi sebagai Wali Kota, Eri langsung tancap gas mengatasi stunting. “Kan Presiden Jokowi dan Ibu Megawati selalu berpesan soal pentingnya penanganan stunting, karena ini soal masa depan generasi penerus kita, generasi emas pada 2045,” katanya tentang motivasinya menjadikan stunting sebagai program prioritas.

Maka setelah dilantik menjadi Wali Kota Surabaya, ia berfokus menekan angka stunting. Menurutnya, stunting adalah proses panjang yang dimulai dari hulu, yakni sejak masa pra nikah. Untuk itu, ia meminta pendataan besar-besaran pada setiap calon pengantin.

Semua yang akan menikah harus dideteksi data kesehatannya. Caranya, dengan mengukur lingkar lengan atas dan indeks massa tubuh calon pengantinnya. Ini penting untuk tahu apakah ada risiko kekurangan energi kronis atau kekurangan gizi, sehingga bisa diantisipasi.

Semua data yang diambil langsung terintegrasi dengan Kantor Kementerian Agama dan Puskesmas. “Itu penting untuk mempermudah dan mengetahui orang-orang yang memiliki risiko kekurangan gizi,” katanya.

Dari titik ini, Pemkot Surabaya meminta semua Puskesmas di Kota Surabaya turun melakukan intervensi. Sebagai bagian dari program intervensi di hulu ini, Pemkot rutin setiap minggu sekali membagikan sekaligus menyosialisasikan manfaat Tablet Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri di sekolah-sekolah dan bisa diambil di Puskesmas. Ada pula giat Krida Gizi yang dilakukan Saka Bakti Husada dan pemeriksaan kesehatan pada anak usia sekolah.

Setelah calon pengantin ditreatment, lalu apa? Pemkot juga melakukan sosialisasi kepada calon pengantin (catin) melalui program pendampingan 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Di dalam program ini, catin akan mendapatkan beberapa pelayanan, mulai dari pelayanan gizi dan kesehatan hingga konseling. Pemkot menggandeng Tim Pendamping Keluarga (TPK) untuk melakukan penyuluhan dan pemantauan kesehatan kepada sasaran yang berisiko stunting.

Jerih payah ini tidak mengecewakan hasilnya. Pada tahun 2023, Pemkot Surabaya langsung menyabet dua penghargaan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur. Pertama penghargaan terbaik 1 Intervensi Spesifik Stunting tingkat Kabupaten/Kota se-Jawa Timur, kedua penghargaan Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) terbaik II se-Jawa Timur. (mjr.mw)

BAGIKAN

Baca Juga

Link Terkait