MATARAM- Stunting atau gagal tumbuh karena kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang pada Balita ternyata tidak melulu disebabkan oleh masalah ekonomi. Jadi, tidak selalu hanya anak orang miskin yang mengalami stunting, ternyata anak orang kaya juga bisa stunting. Yuk, disimak penjelasannya.
Kepala Dinas Kesehatan NTB dr. Lalu Hamzi Fikri menjelaskan bahwa salah satu faktor penentu seorang anak menjadi stunting adalah karena pernikahan di usia dini atau pernikahan anak. ”Faktor determinannya itu justru dari angka pernikahan anak di usia dini cukup tinggi,” kata dr. Lalu Hamzi Fikri, dikutip dari Lombokpost.com.
Dia menjelaskan, kondisi bayi yang terlalu pendek untuk usianya atau stunting disebabkan karena kurangnya gizi di dalam kandungan, juga di masa awal kehidupan bayi setelah lahir. Kata Fikri, ada banyak penyebab stunting. Tapi tidak semuanya berkaitan dengan faktor ekonomi.
Fikri menjelaskan, banyak produk makanan bergizi, seperti sayuran dan ikan, yang bisa diakses masyarakat ekonomi ke bawah di NTB. Makanya, persoalan ekonomi tidak masuk perhitungan utama sebagai faktor penyebab stunting di NTB.
Menurutnya, penyebab utamanya adalah pola asuh dan pola makan keliru yang membuat Balita tidak mendapatkan makanan bergizi, yang menjadi penunjang mereka untuk tumbuh dan berkembang. “Lebih kepada edukasi kepada keluarga, bagaimana pola asuh dan pola makan yang baik dan benar,” urainya.
Dia melanjutkan, faktor kurangnya informasi terhadap pola asuh dan makan yang baik adalah pernikahan anak. Saat ini di Provinsi NTB, angka pernikahan anak masih cukup tinggi.
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) menyebutkan data bahwa pada tahun 2020, sebanyak 965 orang menjalani pernikahan anak, data Lembaga Perlindungan Anak (LPA) mencatat pada tahun yang sama, pernikahan anak sebanyak 805 orang.
Di NTB sendiri, kata Fikri, data temuan kasus stunting sudah by name by address, sehingga data ini dapat membantu tim dalam mempercepat penurunan angka stunting. “Tinggal bagaimana verifikasi dan intervensinya,” ujarnya. []