PEKALONGAN (https://stunting.go.id)– Sebanyak 14.000 porsi makanan disajikan serentak di 140 desa di 14 kabupaten di Jawa Tengah, Minggu (27/11/2022). Setiap porsi terdiri dari nasi putih dalam bakul ditambah lauk berupa ikan, sayur, dan telur. Sajian yang dinamai Si Ceting, akronim dari Porsi Cegah Stunting, ini sukses memecahkan rekor MURI sebagai penyajian porsi makanan sehat terbanyak di Indonesia.
Dari 14 ribu porsi menu makanan itu, 1000 porsi di antaranya disajikan di Pekalongan, Jawa Tengah. Di lokasi utama inilah pencatatan oleh tim asesmen Museum Rekor Indonesia (MURI) dilakukan, tepatnya di di Cafe Margo Mulyo di Desa Karanggondang, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan.
Program ini merupakan kolaborasi pentaholik antara pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi, pemerintah pusat, perguruan tinggi, swasta, masyarakat, dan elemen-elemen lain seperti media. Dari unsur non pemerintah terdapat 15 universitas yang terlibat, di antaranya Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto dan Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang (FIK UNNES).
Sebanyak 15 universitas yang terlibat telah menerjunkan ratusan mahasiswanya selama satu bulan lebih melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa Praktik Kerja Lapangan maupun Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT).
Puncak dari keseluruhan kegiatan pendampingan oleh 15 perguruan tinggi tersebut adalah pencatatan rekor MURI ini. Dalam pemecahan rekor ini, menu yang disajikan adalah konsep menu makan tradisional dalam ceting (bakul-red) berisi makanan seimbang sesuai komposisi “Isi Piringku”, yaitu 50 persen buah dan sayur, dan 50 persen sisanya terdiri dari karbohidrat dan protein.
Dalam pencatatan rekor MURI tersebut, setiap desa yang diwakili 20 warga hasil binaan mahasiswa yang melakukan KKN/PKL, menyiapkan 100 ceting yang berisi sajian menu bergizi seimbang cegah stunting dengan jumlah total sebanyak 14.000 ceting yang dilaksanakan secara serentak di 140 desa lokus yang ada di Kabupaten Brebes, Magelang, Blora, Kendal, Sragen, Boyolali, Jepara, Pekalongan, Pemalang, Wonosobo, Demak, Klaten, Grobogan, dan Kota Tegal.
Pencatatan oleh MURI dilaksanakan melalui aplikasi zoom dan youtube dengan pusat kegiatan di Kabupaten Pekalongan. Menyertai kegiatan pencatatan MURI tersebut, di setiap kabupaten/kota diadakan juga Deklarasi Gong Ceting yang ditandai pemukulan gong oleh bupati atau pimpinan daerah lainnya dan penyerahan sertifikat Desa Gong Ceting.
Aksi ini bukan hanya tentang pemecahan rekor, akan tetapi menjadi bagian dari kampanye gizi seimbang. Maka dari itu menu yang “dipamerkan” adalah role model makanan lokal yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mencegah stunting.
Ketua Jurusan Ilmu Gizi Unsoed Indah Nuraeni mengatakan, pihaknya terlibat dalam aksi penurunan stunting karena persoalan ini menjadi problem nasional yang harus ditangani secara kolaboratif oleh semua elemen, termasuk kampus. “Untuk tahun-tahun ke depan mungkin kita akan menyentuhnya ke banyak faktor. Kemarin cuma beberapa faktor yang bisa kami lakukan di sini. Terutama pendampingan ibu-ibu PKK, pendampingan kesehatan, pengembangan produk-produk dari dapur sehat,” kata Indah.
Untuk kasus stunting di Pekalongan, capaiannya sudah cukup baik. Kecukupan gizi di masyarakat sudah cukup baik, namun pihaknya ingin meningkatkan pengetahuan para pendamping keluarga.
Sekretaris Daerah Kabupaten Pekalongan M Yulian Akbar mengatakan, pada hari yang sama saat pemecahan rekor MURI, sebanyak 10 desa turut mendeklarasikan diri dalam komitmen Gotong-royong Cegah Stunting (Gong Ceting) Kabupaten Pekalongan.
“Ini adalah langkah-langkah nyata yang dilakukan pemerintah. Kita menggandeng kolaborasi pentaholik. Hari ini kita bersama dengan perguruan tinggi Unsoed,” katanya. (mjr/mw)