KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN

Fortifikasi, Terobosan Penting untuk Penurunan Stunting

2 Agustus 2022 | Berita, Media

JAKARTA- Target penurunan stunting dari 24,4 persen pada tahun 2021 (data SSGI 2021) menjadi 14 persen pada tahun 2024 adalah tanggungjawab semua pihak. Sebab itu perlu banyak aksi nyata. Terobosan guna mencapai target tersebut sangat diperlukan. Salah satu terobosan yang penting dilakukan adalah fortifikasi, yaitu upaya memasukkan/menambahkan zat gizi mikro dalam bahan makanan.

Senior Advisor TP2S (Tim Percepatan Penurunan Stunting ) Sekretariat Wakil Presiden RI (Setwapres) Sri Kusyuniati dalam Diskusi Rutin TP2S-Setwapres Kamis, 28 Juli 2022 di kantor TP2S menjelaskan bahwa sejumlah negara menganggap program fortifikasi sangat efektif untuk menjawab persoalan gizi mikro, baik dari sisi harga maupun penyelenggaraan.

“Beberapa negara sudah menganggap fortifikasi sebagai langkah efektif untuk memenuhi kebutuhan gizi mikro secara massal,” kata perempuan yang akrab disapa Bu Kus ini.

Bu Kus menjelaskan ada empat hal yang perlu dipertimbangkan pentingnya fortifikasi dalam percepatan penurunan stunting. Pertama, target penurunan prevalensi stunting menjadi 14% pada tahun 2024. Kedua, pilar 4 dalam Strategi Nasional Percepatan Penurunan Stunting harus meningkatkan akses terhadap makanan bergizi dan mendorong ketahanan pangan. Ketiga, RPJMN 2019-2024 nomor III Peningkatan Ketersediaan Akses dan Kualitas Konsumsi Pangan. Keempat, target tahun 2024 adanya 200,000 hektar untuk lahan produksi bio-forti, dan target 2024 adalah 100% penerima bantuan pangan non-tunai menerima beras forti, dan kelima pemenuhan gizi mikro secara masal.

Menurutnya, memang hanya sedikit yang dibutuhkan tubuh untuk asupan gizi mikro, tapi jika tidak dipenuhi maka dampak dari kekurangan tersebut bisa fatal, yaitu jika kekurangan vitamin A bisa xerophtalmia, daya tahan tubuh menurun, Gangguan Akibat Kekurangan Iodium atau Yodium (GAKI/GAKY) dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan janin, terganggunya perkembangan fungsi saraf, otot , kematian janin, serta stunting. Kemudian, kekurangan zat besi juga bisa mengakibatkan anemia, yang jika terjadi pada ibu hamil akan mengakibatkan bayi stunting dengan rendahnya kemampuan kognitif. Begitu juga jika kekurangan zinc dapat mengakibatkan cacat otak: hydrosephalus, down syndrome, stunting, dan kematian janin.

Menurutnya, untuk menjalankan program ini, ada tiga hal yang bisa dilakukan. Pertama, karena berhubungan dengan produksi pangan maka harus dilakukan kerjasama dengan dunia industri. Kedua, karena bersinggungan dengan persoalan kesehatan masyarakat, maka diperlukan intervensi pemerintah. Ketiga, karena berhubungan dengan produksi pangan, maka  kerja sama dengan pihak swasta sangat diperlukan. Semuanya dilakukan dalam rangka mempercepat penurunan stunting di Indonesia agar target 14 persen pada tahun 2024 bisa tercapai. (sr-mw)

BAGIKAN

Baca Juga

Link Terkait