Jakarta,- Air Susu Ibu (ASI) memegang peran kunci dalam pertumbuhan anak di masa awal kelahiran. ASI eksklusif yang diberikan untuk bayi usia 0-6 bulan dapat menyuplai semua kebutuhan gizi bayi dan memicu produksi antobodi yang mencegah berbagai macam penyakit infeksi dan diare. Menurut praktisi kesehatan yang juga dokter spesialis anak, dr. Mega Oktariena Sp.A mengatakan, stunting pada bayi dapat dijauhkan apabila ia mendapatkan asupan ASI secara layak. ASI sendiri juga dapat mencegah diare pada anak. “Kalau bayi terkena diare, nanti asupan gizi yang masuk berkurang. Dampaknya, nanti anak jadi kurang gizi dan berpotensi stunting,” katanya dalam diskusi memperingati Pekan ASI Sedunia, yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu (2/8/2023).
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi di masa awal kehidupannya, karena mengandung gizi yang banyak dan pada masa itu ia belum mampu mencerna makanan padat. Bahkan apabila bayi lahir prematur, ASI tetap dapat mencukupi kebutuhan bayi saat itu. Berbagai kandungan penting ASI adalah karbohidrat, protein, lemak, serta sistem imun yang bernama immunoglobulin. Kombinasi zat-zat yang terkandung dalam ASI tidak dapat digantikan oleh asupan lainnya, meskipun susu formula yang termahal sekalipun.
Untuk itu dr. Mega menganjurkan kepada para ibu yang baru melahirkan untuk segera melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), yang berguna untuk memberikan kehangatan pada bayi, memulai kontak pertama dengan ibu, serta merangsang keluarnya kolostrum pada ASI pertama. “ASI sebaiknya diberikan secara eksklusif pada usia 0-6 bulan, dan dilanjutkan dengan Makanan Pendamping (MP) ASI pada usia 6 bulan hingga 2 tahun,” ujar dokter yang bertugas di Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta itu.
Bila ASI Tidak Keluar Pptimal
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan ASI tidak keluar, mulai dari kondisi medis tertentu, efek samping obat-obatan, hingga teknik menyusui yang kurang tepat. Bila mengalami kondisi tersebut, ibu menyusui disarankan untuk menerapkan manajemen laktasi sebaik mungkin. Faktor stres pada ibu juga mempengaruhi. Stres karena lelah atau kurang tidur sering kali menjadi penyebab ASI tidak keluar saat bayi baru lahir, karena stres dapat menurunkan hormon oksitosin yang berperan penting dalam produksi ASI.
Sedangkan efek samping obat-obatan biasanya dipicu konsumsi obat-obatan tertentu, seperti kontrasepsi hormonal yang diketahui mengandung hormon estrogen yang dapat menurunkan produksi ASI pada ibu menyusui. Faktor lain adalah banyaknya darah yang keluar saat ibu melahirkan. Kondisi ini dapat mengganggu kelenjar hipofisis pada otak yang berperan dalam produksi hormon di dalam tubuh, salah satunya adalah hormon laktasi.
Kondisi medis tertentu pada ibu juga dapat menjadi penyebab. Misalnya penyakit tiroid, diabetes gestasional, obesitas, PCOS, hingga kanker payudara, berisiko memengaruhi kadar hormon laktasi dalam tubuh yang berkaitan dengan produksi ASI. Yang terakhir adalah persoalan teknis yang masih banyak terjadi, yaitu tidak tepatnya posisi mulut bayi. Perlekatan mulut bayi pada puting yang kurang tepat dapat menurunkan rangsangan pada kelenjar payudara sehingga turut memengaruhi produksi ASI. Beberapa kondisi yang menyebabkan kurang tepatnya perlekatan mulut saat menyusui adalah bibir sumbing, tongue tie, dan gangguan saraf pada bayi.
Jangan Cepat Putus Asa
Jika ASI tidak keluar sesuai harapan, sebaiknya jangan berkesimpulan negatif dahulu. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk merangsang produksi ASI pada ibu menyusui. Yang pertama pijat laktasi, yaitu gerakan yang dilakukan untuk merangsang produksi hormon oksitosin guna mempermudah proses pengeluaran ASI. Gerakan ini dilakukan dengan memijat bagian payudara, tengkuk, punggung, bahu, dan pinggang untuk memperlancar sirkulasi darah serta membuat otot lebih rileks. Pijat laktasi juga bermanfaat untuk mengencangkan payudara serta mengatasi mastitis atau infeksi saluran payudara pada ibu menyusui.
Kedua adalah memompa ASI secara rutin. Meski ASI keluar dalam jumlah sedikit, ibu menyusui tetap dianjurkan untuk memompa ASI ataupun menyusui bayi secara rutin guna merangsang kelenjar payudara dalam mengeluarkan ASI. Yang ketiga, buat tubuh lebih rileks. Penting bagi ibu menyusui untuk merilekskan tubuhnya guna melancarkan pelepasan hormon laktasi yang memengaruhi proses pengeluaran ASI. Beberapa aktifitas seperti mendengarkan lagu yang menenangkan, rutin berolahraga, mengatur napas, serta mencukupi waktu istirahat sangatlah bermanfaat.
Keempat, perbanyak minum air putih dan konsumsi makanan sehat. Karena komponen ASI terbentuk dari cairan, ibu menyusui disarankan untuk rutin minum air putih kurang lebih dua liter per hari guna mempermudah proses pembentukan ASI pada kelenjar payudara. Selain itu, penting pula bagi ibu menyusui untuk mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang agar menghasilkan ASI yang berkualitas. (mjr/mw)