KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN

WAPRES KH MA’RUF AMIN: KITA PERLU BELAJAR PADA JEPANG DALAM TURUNKAN STUNTING

27 September 2022 | Berita, Media

TOKYO (stunting.go.id)– Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin melakukan lawatan kerja selama empat hari ke Jepang, sejak Minggu (25/9/2022) sampai Rabu (28/9/2022). Rombongan Wakil Presiden (Wapres) yang berjumlah sembilan orang berangkat menggunakan pesawat kepresidenan BBJ2/A-001 yang lepas landas dari Bandara Internasional Halim Perdanakusuma Jakarta menuju Bandara Internasional Haneda Tokyo, Jepang pada Minggu (25/9/2022).

Agenda utama Wapres di Jepang adalah menghadiri prosesi pemakaman kenegaraan mantan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe yang digelar di Nippon Budokan. Wapres KH Ma’ruf Amin dan Ibu Wury Estu Handayani, didampingi oleh Kepala Sekretariat Wapres Ahmad Erani Yustika, Staf Khusus Wapres Bidang Komunikasi dan Informasi Masduki Baidlowi, dan lima orang lainnya.

Wakil Presiden yang juga sebagai Ketua Pengarah Tim Percepatan Penurunan Stunting (TP2S) mengungkapkan bahwa negara Jepang memiliki praktik baik terkait penanganan stunting yang pernah melanda lebih dari separuh warga negeri “matahari terbit”.

Dalam kesempatan itu, Wapres meminta semua stakeholder, pemerintah dan non-pemerintah Indonesia dalam mempercepat penurunan stunting agar belajar dari negara Jepang, karena Jepang pernah mengalami persoalan yang sama dengan Indonesia, bahkan lebih parah. “Jepang pernah mengalami stunting parah, hingga prevalensinya mencapai 60%,” katanya.

Diketahui, stunting juga merupakan masalah umum di negara-negara maju pada awal abad ke-20. Dalam kondisi perang, pasokan makanan di banyak negara mengalami hambatan. Jepang menjadi salah satu negara yang cukup parah, dengan angka prevalensi stunting mencapai 60% pada awal abad ke-20.

Dalam sejarahnya, antara tahun 1948 hingga 1986 (40 tahun) Jepang berupaya keras menurunkan stunting. Dalam rentang waktu tersebut, prevalensi stunting turun dari 50% menjadi 5,7% selama 40 tahun. Dengan program yang tepat, rata-rata tinggi badan warga Jepang naik antara 14,6 cm sampai 16 cm.

“Jepang berhasil menekan stunting hingga level sangat rendah. Padahal saat itu terjadi resesi setelah kekalahan pada perang dunia kedua,” tambah Wapres. Meski memerlukan waktu yang panjang, namun langkah yang diambil Jepang sangat mengesankan, dengan cara merevolusi gizi dan melakukan perawatan bayi-bayi dengan tepat.

Untuk mengurai problem stunting, Jepang menekankan pembangunan infrastruktur sanitasi dan praktik kebersihan yang lebih baik, serta perbaikan nutrisi. Bayi-bayi Jepang diharuskan mengonsumsi susu dan gizi tambahan. Upaya ini berhasil hingga angka stunting turun drastis ke level sangat rendah.

Selama puluhan tahun mengatasi stunting itu, negara “matahari terbit” menjadi cukup ahli. Jepang pada tahun 2017 membantu Uganda mengatasi masalah yang sama. Melalui World Food Programme, pemerintahan Yoshihiko Noda mengirim 1.700 metrik ton nutrisi untuk anak-anak berusia 6-23 bulan, ibu hamil, dan ibu menyusui di Karamoja, Uganda.

Pasokan bernilai US$2,5 juta itu bentuknya super sereal dan super sereal plus serta minyak nabati yang diperkaya vitamin dan gizi. Sasaran utamanya adalah bayi-bayi berusia nol sampai seribu hari. Menurut studi, anak-anak yang gagal tumbuh pada seribu hari pertama kehidupan tak akan mampu menebusnya pada waktu-waktu setelah itu, meskipun gizinya tercukupi. (mjr/mw)

BAGIKAN

Baca Juga

Link Terkait