KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN

Untuk Percepat Turunkan Stunting, Penyadaran Pola Konsumsi Penting bagi Daerah Penghasil Protein Melimpah

9 Desember 2022 | Berita, Media

MAJENE (https://stunting.go.id)- Daerah-daerah pesisir pantai adalah penghasil kekayaan alam dalam jumlah melimpah, utamanya ikan dan hasil-hasil laut. Akan tetapi, di banyak daerah seperti ini kasus stunting masih menjadi persoalan serius.

Dokter yang juga ahli gizi dr. Tan Shot Yen menyoroti pentingnya produk-produk lokal untuk menunjang kebutuhan gizi masyarakat. Produk-produk lokal ini sebenarnya bisa digali dari lingkungan sekitar, bukan berupa tablet-tablet yang harus dibeli.

Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, yang secara geografis terletak di sepanjang pesisir laut. Di daerah ini banyak diproduksi ikan, sehingga harganya lebih terjangkau. Tingginya hasil laut di daerah ini dibuktikan dengan nilai ekonomi dari sektor perikanan sebesar 37,74 persen pendapatan daerah.

Tangkapan laut Kabupaten Majene pada tahun 2021 mencapai 8887,5 ton. Menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2021 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, tangkapan laut ini hanya 15,36 gram per kapita sehari yang dikonsumsi. Sedangkan konsumsi telur, susu, dan daging hanya di bawah 2 gram per kapita sehari.

Angka konsumsi ini masih rendah. Menurut dr. Tan, ikan memiliki protein tinggi yang sangat efektif menunjang kebutuhan gizi masyarakat. Ikan yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Majene adalah ikan layang, yang mengandung protein hingga 55 gram per ekor.

Ibu hamil dan menyusui membutuhkan 75 gram protein dalam satu hari. Kebutuhan itu bisa terpenuhi apabila ibu hamil dan menyusui mengonsumsi ikan layang 1-2 ekor per hari. Sedangkan, bayi yang baru mulai makan MPASI, membutuhkan 12 gram protein dalam satu hari, atau seperempat ekor ikan layang.

Pemenuhan gizi seimbang tidak hanya berfokus pada konsumsi protein saja, tetapi tetap memperhatikan konsep “Isi Piringku”, yaitu karbohidrat, lemak, vitamin dan juga mineral.

Dalam kesempatan yang berbeda, Sekretaris Daerah Kabupaten Majene Ardiansyah mengatakan, aksi konvergensi telah dilakukan seluruh OPD dengan baik. Hal itu telah berhasil menurunkan angka stunting dengan drastis, meskipun secara kuantitas masih tinggi.

“Semua elemen di sini melakukan kerja konvergensi semaksimal mungkin, dan hasilnya ternyata berbanding lurus dengan angka penurunan stunting. Jika angka stunting meningkat setelah menjalankan delapan aksi konvergensi stunting, maka ada yang salah,” katanya.

Saat ini terdapat tantangan utama bagi TP2S Majene. Yang pertama adalah kolaborasi dan konvergensi, peningkatan cakupan, pembinaan lintas kader, dan dukungan penganggaran. Tahun ini alokasi anggaran untuk penurunan stunting dari daerah baru sebesar Rp41 miliar.

Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 melaporkan angka prevalensi stunting Provinsi Sulawesi Barat sebagai provinsi tertinggi kedua seluruh Indonesia. Sementara itu, Kabupaten Majene menempati posisi pertama di Sulbar dengan angka 35,7 persen. Artinya, 1 dari 3 balita di Majene mengalami stunting.

Setelah serangkaian intervensi yang dilakukan Pemkab Majene, angka ini telah jauh menurun dari sebelumnya. Pada tahun 2019, menurut data SSGBI, angka prevalensi stunting Kabupaten Majene masih di angka 43,7 persen, tetapi pada tahun 2021 sudah turun drastis menjadi 35,7 persen. (mjr.mw)

BAGIKAN

Baca Juga

Link Terkait