KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN

Stunting di DIY Lebih Karena Kemampuan Memilih dan Mengolah Makanan

6 Desember 2023 | Berita, Media

Kegiatan penyuluhan stunting di Wates, Kabupaten Kulonprogo, DIY (12/8/2023). Foto: TPPS Kulonprogo

YOGYAKARTA (https://stunting.go.id)- Kurangnya pemenuhan makanan bergizi pada anak balita di Kota Yogyakarta banyak disebabkan oleh praktik pola pengasuhan yang salah dan faktor sosial-ekonomi. Kekurangan pemenuhan makanan bergizi pada anak balita akan menyebabkan stunting.

Menurut Kepala Bidang Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KBPK) DP3AP2KB Kota Jogja Herristanti, praktik pola asuh salah dan kemiskinan adalah faktor yang terbanyak. Dua hal ini kemudian diperparah dengan faktor-faktor lain, seperti kurangnya akses sanitasi dan air bersih, terbatasnya layanan kesehatan, hingga kurangnya pengasuhan yang baik. “Hal ini diketahui dari hasil audit kasus stunting pada siklus kedua tahun 2023,” kata Herristanti pada (3/12/2023).

Berdasarkan determinan per sasaran audit kasus stunting 2023, ada berbagai macam kasus penyebab stunting yang terjadi di 12 lokus. Beberapa faktor yang juga menarik perhatian adalah kasus anemia, terpapar asap rokok, kekurangan energi kronis (KEK), kurangnya konsumsi makanan bergizi, dan beberapa temuan kasus lainnya. Terkait temuan ini, DP3AP2KB akan menggandeng OPD lain untuk menindaklanjuti. “Untuk saat ini memang perangkat daerah yang bekerja sama telah sesuai, namun tetap akan kita dorong untuk terus meningkatkan upaya-upaya pencegahan stunting,” katanya.

Prevalensi stunting di Kota Yogyakarta berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 adalah 13,8 persen. Kota Yogyakarta mendapat penghargaan dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai kota/kabupaten dengan prevalensi angka stunting terendah di Provinsi DIY tahun 2022. Piagam Penghargaan diberikan Kepala BKKBN kepada Walikota Yogyakarta pada Selasa (28/2/2023).

Di sisi lain, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes DIY Endang Pamungkasiwi menyebut, kekurangan asupan gizi pada anak balita bukan disebabkan kekurangan bahan makanan. Akan tetapi, karena ketidakmampuan orang tua memilih dan mengolah makanan. “Kami tengarai, karena di DIY akses pangan mudah, ketersediaan pangan juga cukup, tapi kemampuan ibu memilih makanan dan kesempatan ibu mengolah makanan memiliki keterbatasan,” katanya.

Oleh karena itu, kasus stunting di DIY bukan hanya terjadi di pelosok desa, melainkan merata hingga wilayah perkotaan. “Hampir merata, artinya di kota ada, di perdesaan juga ada,” ujarnya. Secara umum terkait pengasuhan, anak stunting disebabkan tiga, yaitu suboptimal nutrition atau kekurangan asupan makanan, suboptimal health atau anak yang sering sakit-sakitan, dan suboptimal parenting atau pola pengasuhan anak yang tidak optimal. (mjr.mw)

BAGIKAN

Baca Juga

Link Terkait