KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN

STUNTING DI BALI TERENDAH SECARA NASIONAL, TETAPI KARANGASEM MASIH DI ATAS STANDAR WHO

10 Oktober 2022 | Berita, Media

Acara “Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas” di Kabupaten Karangasem (28/1/2022). Foto: Dinkes Kabupaten Karangasem

DENPASAR– Prevalensi stunting di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali mencapai 22,9 persen. Angka ini jauh di atas rata-rata prevalensi stunting di Provinsi Bali, yaitu 10,9 persen, menurut data SSGI tahun 2021. Angka ini juga di atas standar WHO, yaitu 20 persen.

Hal ini terungkap saat Rekonsolidasi Percepatan Penurunan Stunting Karangasem yang digelar di Aula Sabah Widya Praja Kantor Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Karangasem, Jalan Veteran Amlapura pada Kamis (6/10/2022).

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem I Gusti Bagus Putra Pertama mengakui, prevalensi stunting di daerahnya sangat jauh di atas kabupaten/kota lainnya di Provinsi Bali. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Juni-Oktober 2021, kabupaten yang memiliki prevalensi stunting terendah di Provinsi Bali adalah Kabupaten Gianyar, dengan prevalensi 5,1 persen.

Untuk itu, Kabupaten Karangasem menetapkan target penurunan stunting hingga 13,44 persen pada tahun 2024. “Kami menurunkan tim pendamping ke delapan kecamatan, dengan kekuatan 1.068 pendamping keluarga,” kata I Gusti Bagus. Di penghujung tahun 2022 ini, Kabupaten Karangasem ingin menekan prevalensi stunting hingga 19,06 persen. Target ini akan terus ditingkatkan hingga 16,7 persen pada tahun 2023 dan 13,44 persen pada tahun 2024.

Diketahui, stunting adalah gangguan tumbuh kembang anak Balita akibat kurang gizi kronis dan infeksi berulang ditandai dengan pertumbuhan tinggi badan pada 1000 hari pertama kehidupan yang tidak sesuai dengan ukuran usianya. Stunting tidak hanya menyebabkan perkembangan fisik menjadi tidak maksimal, tetapi juga menyebabkan gangguan perkembangan otak dan metabolisme dalam tubuh.

Sebelumnya, Bupati Karangasem I Gede Dana meminta semua pihak turut terlibat dalam aksi nyata percepatan penurunan stunting. Urusan ini seyogianya tidak hanya menjadi tugas aparatur negara, tetapi semua pihak yang memiliki kepedulian terhadap masa depan bangsa.

Aspek-aspek yang memengaruhi stunting cukup banyak, mulai makanan bergizi, kualitas sanitasi, asupan ASI eksklusif, lingkungan yang sehat dan bersih, pola asuh yang baik dan benar, dan beberapa hal lain yang menjadi domain semua orang.

“Permasalahan ini harus melibatkan seluruh sumber daya yang ada,” katanya. Menurunkan stunting tidak dapat dilaksanakan dalam waktu singkat. Pada Rembug Stunting yang dilakukan pada Agustus 2022 yang lalu, Bupati Karangasem Gede Dana menandatangani komitmen percepatan penurunan stunting.

Di sisi lain, angka kemiskinan di Kabupaten Karangasem terus meningkat sejak masa pandemi. Menurut data Badan Pusat Statistik, angka kemiskinan meningkat dari 5,91 persen (2020) menjadi 6,78 persen (2021).

Tahun 2019 sebelum pandemi Covid-19, kemiskinan di Karangasem tercatat 6,25 persen. Pada Maret 2021 yang merupakan masa-masa merebaknya pandemi Covid-19 kemiskinan di Karangasem mencapai 6,78 persen. Penduduk miskin di Karangasem bertambah dari 24,69 ribu orang pada tahun 2020 menjadi 28,52 ribu orang pada tahun 2021.

Hal ini diduga menyebabkan daya beli menurun dan tingkat konsumsi makanan juga menurun, yang itu berkaitan erat dengan naiknya prevalensi stunting. (mjr/mw)

BAGIKAN

Baca Juga

Link Terkait