KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN

Sanitasi Buruk Bisa Berdampak pada Stunting

10 November 2022 | Berita, Media

Acara “Kolaborasi dan Inovasi Dukung Anak Indonesia Jadi Generasi Maju” di Wonosobo,(8/11.2022). Foto: ANTARA/LWS

WONOSOBO (https://stunting.go.id)- Sanitasi tidak secara langsung memengaruhi gizi balita. Akan tetapi, sanitasi buruk dapat menimbulkan penyakit infeksi pada balita seperti diare dan cacingan, yang akhirnya mengganggu proses pencernaan dan penyerapan gizi.
Kondisi ini bila terjadi terus-menerus dalam rentang waktu tertentu dapat mengakibatkan stunting.

Pakar gizi dari dari Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, M.Si mengingatkan masyarakat tentang pentingnya sanitasi dalam pencegahan stunting.

“Sanitasi buruk juga mengakibatkan kondisi kesehatan terganggu,” katanya dalam acara “Perjalanan Aksi Bersama Cegah Stunting” yang mengambil tema “Kolaborasi dan Inovasi Dukung Anak Indonesia Jadi Generasi Maju” di Wonosobo, Selasa (8/11/2022).

Sanitasi yang kurang ditata dengan baik juga menjadi media transmisi penularan penyakit diare, seperti kolera dan disentri, serta typus, infeksi cacing usus, dan polio, yang dapat berkontribusi pada stunting dan penyebaran resistensi antimikroba.

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang memengaruhi fisik dan otaknya, akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang dalam jangka waktu tertentu. Sri Anna menyimpulkan, sanitasi pada akhirnya sangat erat kaitannya dengan status gizi ibu dan balita.

Salah satu indikator kekurangan gizi adalah gangguan kesehatan, anak balita sering sakit. “Penyebab tidak langsungnya aksesibilitas terhadap pangan. Lingkungan dan pola asuh juga berpengaruh ke kesehatan,” katanya.

Anak yang mengalami stunting akan terganggu pertumbuhan fisik, perkembangan otak, dan kecerdasan serta metabolisme tubuhnya. Pada jangka panjang, IQ anak lebih rendah ketimbang rekan seusianya yang tak mengalami stunting. Pada tahap lebih lanjut lagi, balita stunting berpotensi lebih tinggi mengalami berbagai penyakit degeneratif, seperti diabetes dan stroke.

Stunting adalah permasalahan kesehatan yang dapat dicegah, pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) atau fase yang disebut periode emas. Pada periode ini pasokan gizi pada anak harus terjamin.

Gizi adalah salah satu masukan penting untuk menentukan kualitas sumber daya manusia. Salah satu indikator untuk melihat kualitas gizi pada anak adalah tinggi badan. Menurut penelitian, kualitas fisik yang rendah pada anak balita juga berdampak pada kondisi intelektual mereka.

Dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPKBPPPA) Wonosobo Dyah Retno Afif Nurhidayat mengatakan, tantangan mengatasi permasalahan stunting, terutama di wilayah Wonosobo, yakni kurangnya pemahaman masyarakat terkait pola hidup bersih dan sehat.

Oleh karena itu, menurut dia, pencegahan stunting tidak akan berjalan efektif tanpa kolaborasi multipihak yang dilakukan antara pemerintah, perguruan tinggi, masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) hingga sektor swasta. (mjr/mw)

BAGIKAN

Baca Juga

Link Terkait