KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN

Pentingnya Peran yang Setara antara Ayah dan Ibu dalam Pemenuhan Gizi Anak

28 April 2021 | Berita, Media

ASI mengandung gizi lengkap dan sudah sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi di bawah usia enam bulan. Pemberian ASI eksklusif hingga usia bayi enam bulan menjadi salah satu cara mencegah stunting yang efektif. Pemberian ASI ekslusif juga membuat tumbuh kembang bayi lebih optimal dan tidak mudah sakit di masa pertumbuhannya.

Pemerintah telah mendorong pemberian ASI ekslusif melalui Peraturan Pemerintah (PP) No.33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif. Pengaturan tersebut bertujuan untuk menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif sampai dengan usia enam bulan, memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI eksklusif, dan  meningkatkan peran dan dukungan semua pihak pada pemberian ASI eksklusif.

Dalam tiga tahun terakhir, terjadi perkembangan positif dengan adanya kenaikan jumlah ibu yang memberikan ASI ekslusif.  Berdasarkan Buku Profil Kesehatan Ibu dan Anak tahun 2020 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), antara tahun 2018-2020 persentase bayi berumur 0-5 bulan yang menerima ASI eksklusif menunjukkan kecenderungan meningkat, yaitu  dari 44,36% pada tahun 2018 menjadi 66,69% pada tahun 2019, dan naik lagi menjadi 69,62% pada tahun 2020. Pada tahun 2020, sekitar 70 dari 100 bayi berumur 0-5 bulan menerima ASI eksklusif.

 

Sumber: Profil Kesehatan Ibu dan Anak tahun 2020, BPS

 

Sedangkan untuk anak bawah dua tahun (baduta) umur 6-23 bulan, selain ASI diperlukan juga Makanan Pendamping ASI (MPASI) untuk mencukupi gizi anak. WHO telah mengelompokkan tujuh kelompok makanan yaitu padi-padian dan umbi-umbian, makanan dari kacang-kacangan, susu dan produk olahannya, daging, telur, buah dan sayur sumber vitamin A, serta buah dan sayuran lainnya. Baduta yang mengonsumsi setidaknya empat kelompok ragam makanan pada hari sebelumnya, dapat dikatakan kebutuhan makanannya telah tercukupi. Batas minimal empat jenis makanan, diberikan  untuk baduta yang masih diberikan ASI atau yang sudah tidak diberikan ASI lagi (WHO, 2007). Berdasarkan data dari BPS, di tahun 2020 terdapat 7 dari 10 anak Indonesia usia 6-23 bulan yang telah menerima minimal empat kelompok makanan dalam 24 jam terakhir.

 

Walaupun cenderung meningkat, namun pemberian ASI oleh ibu kepada bayinya masih dirasa bias gender. Hal ini disebabkan masih banyak yang berpandangan pemberian ASI dan makanan bagi bayi hanyalah tugas para ibu. Padahal perlu dukungan dari semua pihak terutama suami sebagai orang terdekat. Karenanya, edukasi kepada masyarakat perlu ditingkatkan oleh semua pihak. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga dalam Konvensi Perempuan Indonesia yang diselenggarakan secara virtual (21/4).

 

“Untuk mencapai poin ASI eksklusif dan MPASI yang saya sebutkan tadi, tentunya dibutuhkan dukungan yang setara dari ayah dan ibu. Konstruksi sosial yang berkembang di dalam masyarakat sering kali hanya membebankan tugas pengasuhan pada ibu saja. Padahal tugas pengasuhan adalah tugas yang setara antara ayah dan ibu,” tutur Bintang.

 

Bintang pun mengharapkan adanya sinergi dari seluruh elemen masyarakat, baik pemerintah, lembaga, dunia usaha, hingga masyarakat untuk memaksimalkan tumbuh kembang anak. “Kita semua harus bersama-sama menyatukan kekuatan untuk menjamin anak mendapatkan pengasuhan yang berkualitas, terutama bagi pengasuh utama dalam keluarga, yaitu ayah dan ibu harus dapat membentuk sistem yang kuat dan saling mendukung,” harap Bintang.

 

Dalam acara yang sama, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menyebutkan bahwa penyebab stunting diantaranya adalah asupan gizi yang tidak mencukupi secara terus menerus, serta seringnya anak terkena penyakit. Hasto juga mengatakan bahwa kesehatan ibu dan 1000 hari pertama kehidupan anak, yaitu 40 minggu di dalam kandungan dan 24 bulan setelah lahir, merupakan hal mutlak untuk dijaga. “Mari kita manfaatkan kesempatan itu untuk mencetak generasi yang unggul untuk Indonesia maju. Ibu yang sehat dan tidak anemia akan melahirkan generasi yang sehat dan hebat untuk Indonesia maju. Perempuan setiap bulan pasti keluar darah 200 cc karena menstruasi, kalau dia tidak mengganti darahnya dengan gizi yang cukup dan seimbang, maka banyak yang anemia. Ini sumber stunting,” tutup Hasto.

BAGIKAN

Baca Juga

Link Terkait