KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN

Muhammadiyah Mendayagunakan Dana Lazis untuk Penurunan Stunting di Suku Loinang

31 Oktober 2022 | Berita, Media

Program pemberian bantuan bahan makanan tambahan yang digelar Lazismu dan Baznas di dusun Tombiobong, Desa Maleo Jaya, Kecamatan Batui Selatan, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah (22/10/2022). Foto: Lazismu

BANGGAI (https://stunting.go.id)- Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Muhammadiyah (Lazismu) bersama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menggelar aksi pelayanan penurunan stunting kepada ibu-ibu hamil dan balita di Dusun Tombiobong, Desa Maleo Jaya, Kecamatan Batui Selatan, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah (22/10/2022). Kegiatan yang diberi tajuk “Bantuan Paket Makanan Tambahan untuk Anak” ini adalah pemberian paket makanan di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) desa tersebut.

Stunting adalah salah satu permasalahan di Desa Maleo Jaya. Di desa ini, akses terhadap kesejahteraan dan pendidikan tergolong minim dibandingkan dengan daerah lainnya. Dusun Tombiobong di Desa Maleo Jaya merupakan sentra populasi komunitas adat terpencil Suku Loinang, yang merupakan penduduk asli kawasan tersebut. Suku-suku pendatang di kawasan ini lebih berhasil meraih akses pendidikan dan ekonomi daripada suku asli, sehingga suku asli membutuhkan afirmasi.

Desa Maleo Jaya termasuk salah satu desa yang paling sering menjadi lokasi acara-acara dalam rangka penurunan stunting. Pada acara ini, paket nutrisi yang diberikan adalah makanan tambahan dan makanan pendamping ASI atau MPASI.

Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah Kabupaten Banggai, Sri Moxsa Djalamang mengatakan, program ini sudah berjalan sejak Maret 2022 dan akan terus dimaksimalkan. “Program ini juga memberikan pencegahan stunting dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Makanan Pendamping ASI (MP-ASI),” ungkapnya, seperti dikutip portal Lazismu PP Muhammadiyah.

Titik ini dipilih lantaran berada di kawasan terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) yang sangat membutuhkan perhatian karena cukup sulit dicapai. Tak hanya minim akses kesehatan, Suku Loinang juga membutuhkan perhatian di bidang pendidikan, ekonomi, dan sosial.

Tiga bulan sebelumnya, Bupati Banggai Amirudin juga mengadakan acara serupa di tempat ini. Kedatangan Bupati menjadi bagian dari rangkaian acara peresmian PAUD Aisyiyah dan sarana air bersih perpipaan komunitas adat Suku Loinang Dusun Tambiobong.

Bupati meminta elemen masyarakat turut terlibat dalam aksi penurunan stunting. Kepada para orang tua, Bupati meminta anak-anak balitanya menjadi prioritas pemberian nutrisi di dalam keluarga. “Anak adalah titipan Allah. Mereka harta yang sangat berharga. Bagi umat Islam, bila kita berpulang ke Rahmatullah, hanya ada tiga hal yang bisa membantu kita di alam-kubur. Anak yang saleh atau salehah, harta yang bermanfaat dan ilmu yang berguna,” kata Amirudin.

“Karena anak-anak ini adalah harta yang paling berharga, maka tolong jaga dan pelihara anak-anak dengan baik,” tambahnya. Menurut SSGI 2021, Kabupaten Banggai masih memiliki prevalensi angka stunting 26 persen, di bawah rerata prevalensi stunting Provinsi Sulawesi Tengah yang berada pada angkat 29,7 persen. Untuk itu, kolaborasi dengan elemen masyarakat diperlukan untuk melakukan aksi seefektif mungkin secara konvergensi.

Suku Loinang adalah suku asli Kabupaten Banggai yang secara tradisional tinggal di hutan dengan pola hidup nomaden. Namun, seiring dengan makin menyempitnya lahan dan perubahan zaman, suku ini banyak yang turun ke permukiman dan membangun komunitas di Dusun Tombiobong, yang secara geografis terisolir oleh pegunungan Batui.

Akses dari Kota Luwuk Banggai ke Desa Maleo Jaya membutuhkan waktu tiga jam dengan jalanan kurang memadai. Dari Desa Maleo Jaya ke Dusun Tombiobong memakan waktu 30 menit, dengan sebagian rute menyeberangi sungai berbatu dan jalan setapak.

Saat ini, mereka menghuni rumah-rumah panggung beratap seng, yang dibangun oleh Dinas Sosial Kabupaten Banggai pada tahun 2013. Saat ini, pemukiman Suku Loinang menjadi sasaran program-program pemberdayaan, dan salah satu yang kuat adalah Aisyiyah yang mulai masuk dan membangun fasilitas pendidikan sejak tahun 2017. Sebagian Suku Loinang masih tetap tinggal di hutan pegunungan batu yang melingkari wilayah Batui. Wilayah ini menjadi daerah berisiko stunting tinggi. (mjr/mw)

BAGIKAN

Baca Juga

Link Terkait