KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN

Lima Mahasiswa UGM Hasilkan Makanan Cegah Stunting

14 Oktober 2022 | Berita, Media

YOGYAKARTA- Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menciptakan resep inovatif sprouted snack bar (SSB) untuk mencegah stunting pada anak-anak. Resep ini dimaksudkan sebagai menu pelengkap setelah makanan pokok bagi Balita.

Resep ini hadir dari kolaborasi lima mahasiswa UGM, yaitu Adiva Aphrodita, Matilda Jesseline Gabriela Giovanni, dan A. Najib Dhiaurrahman, ketiganya dari Fakutas Biologi. Kemudian Felisitas Mellania Ajeng Anggraeni dari Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM, serta Nur Afni Oktri Fiana dari Fakultas Teknologi Pertanian.

Resep ini bukan asal mencampur bahan, tetapi dipertimbangkan dari aspek gizi, ketahanan penyimpanan, bujet pembuatan, dan tingkat kecocokan rasa bagi anak Balita.

Berdasarkan publikasi yang dirilis September lalu, makanan ini adalah jenis snack bar. Secara umum, snack bar adalah produk makanan padat yang dibuat dari beberapa bahan kering, seperti biji-bijian, kacang-kacangan, dan buah–buahan kering seperti apel, strawberry, pisang, dan kismis yang digabungkan menjadi satu.

Namun, yang diciptakan lima mahasiswa UGM ini berbahan dasar kacang merah berkecambah, beras merah berkecambah, kacang kedelai berkecambah, dan pisang. Makanan ini memenuhi tiga zat gizi utama untuk mencegah stunting, yaitu protein, zat besi, dan seng. Camilan ini dinilai cocok, karena disukai anak-anak dan memiliki masa simpan yang cukup lama.

Menurut Adiva Aphrodita, kebanyakan makanan tambahan dibuat menggunakan fortifikasi impor. Namun, ia membuatnya dari bahan-bahan lokal yang relatif mudah ditemui.

Bijian berkecambah memiliki kandungan protein dan mikronutrien lebih tinggi dibandingkan biji utuh karena proses perendaman dan perkecambahan dapat meningkatkan nutrien yang terkandung. Selain itu, kedelai, beras merah, dan kacang merah yang telah berkecambah mengandung protein tinggi dan kadar fitat menurun yang mampu meningkatkan kadar zat besi dan seng.

Balita yang mengonsumsi makanan ini dapat mengalami peningkatan sintesis albumin serum darah, sehingga memicu pembentukan sel saat pertumbuhan dan menjaga organ hati sehat. Selain itu, unsur kedelai dan beras merah berkecambah mengandung zat besi yang membantu sintesis kolagen jaringan tulang.

“Pada saat yang sama unsur Zn atau seng-nya membantu peningkatan panjang dan berat tulang femur, menjadikan Balita cepat tinggi” ungkap Adiva yang menjadi juru bicara mewakili teman-temannya.

Makanan yang diciptakan lima mahasiswa UGM ini melalui eksperimen panjang. Awalnya, kecambah diolah dengan dua metode, sangrai dan oven. Kedua teknik ini dianalisis nutrition facts-nya setelah matang.

Mereka kemudian melakukan uji organoleptik produk pada anak Balita secara in vivo. Ternyata anak-anak menyukai, padahal kebanyakan anak-anak tidak suka protein nabati atau sayur-sayuran, termasuk kecambah. “Makanan ini dapat diolah sendiri oleh ibu rumah tangga dengan biaya murah,” tandas Adiva Aphrodita.

Gangguan tumbuh kembang atau stunting terjadi akibat anak tidak mendapatkan asupan gizi memadai dalam 1.000 hari pertama kehudupan, semenjak anak masih dalam kandungan hingga berusia 2 tahun. Stunting akan mengganggu pertumbuhan dan memiliki dampak fungsional yang merugikan pada anak.

Stunting juga bisa disebabkan karena masalah selama kehamilan, persalinan, penyusuan, atau setelahnya, seperti pemberian makanan pendamping ASI yang tidak mengandung cukup nutrisi. Selain itu pola asuh yang kurang baik dan kondisi lingkungan yang buruk dapat pula memicu infeksi yang erat kaitannya dengan terjadinya stunting. (mjr/mw)

caption: Lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang menemukan menu makanan cegah stunting. Adiva Aphrodita, Matilda Jesseline Gabriela Giovanni, A. Najib Dhiaurrahman, Felisitas Mellania Ajeng Anggraeni, dan Nur Afni Oktri Fiana. Foto: Dok Fakultas Biologi UGM
[14:48, 10/14/2022] Mujibur TP2S: Gerakkan Cuci Tangan Anak PAUD jadi Upaya Turunkan Stunting untuk Balita

DEPOK- Ibarat mengumpulkan puzzle, bagian-demi bagian disusun, mulai dari bagian besar hingga yang kecil, bahkan serpihan. Begitulah ikhtiar mewujudkan Indonesia bebas stunting.

Seperti yang dilakukan Kelurahan Jatimulya, Kecamatan Cilodong, Depok, Jawa Barat, anak-anak pendidikan usia dini dilatih mencuci tangan pakai sabun melalui Gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Gerakan CTPS ini merupakan salah satu upaya berperilaku hidup bersih dan sehat yang dapat mencegah terjadinya stunting pada Balita.

Lurah Jatimulya Aripudin menjelaskan, ide ini lahir saat Rapat Koordinasi (Rakor) Pencegahan dan Penanggulangan Stunting. Bila biasanya membahas evaluasi dan rencana aksi, namun pertemuan medio Oktober ini melibatkan satuan pendidikan di daerah itu.

Dari situ, timbul diskusi mengenai kebiasaan anak-anak yang masih kurang bersih dan higienis, terutama sebelum makan. “Meski anak-anak disediakan makanan bergizi, tapi tidak menerapkan standar kebersihan, masih ada ancaman kesehatan,” katanya, Kamis (13/10/2022).

Kebetulan dalam rapat koordinasi tersebut hadir pemateri dari Dinas Kesehatan Kota Depok dan dari Kementerian Kesehatan RI. Ide ini pun segera dimatangkan dan direalisasikan. Gerakan CTPS dimulai dari PAUD Delima yang akan diteruskan ke unit-unit PAUD lainnya di Jatimulya.

Lingkungan yang bersih dan sehat termasuk salah satu upaya penting untuk mencegah dan menurunkan angka stunting yang dijangkau melalui intervensi sensitif. Perilaku hygiene dan sanitasi yang kurang baik dapat menyebabkan penyakit infeksi enterik (diare) yang bisa membuat anak-anak kehilangan nutrisi untuk tumbuh kembang.

Terdapat hubungan erat antara kebersihan diri, sanitasi, dan riwayat penyakit infeksi enterik (diare) dengan kejadian stunting pada Balita usia 24-60 bulan. Kurangnya akses sanitasi dan air bersih merupakan pemicu dari terpaparnya seorang anak dari penyakit infeksi enterik (diare). Membiasakan anak mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan sejak dini adalah pendekatan yang diterapkan pemerintah untuk menurunkan angka stunting.

Cuci tangan secara rutin merupakan salah satu upaya yang sangat penting untuk menjaga kebersihan tangan (hand hygiene) dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi, terutama infeksi nosokomial. Menurut WHO, cuci tangan atau hand wash adalah prosedur membersihkan tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir, sedangkan hand rub adalah membersihkan tangan dengan hand sanitizer berbasis alkohol. Untuk mengingat pentingnya cuci tangan, WHO menetapkan hari mencuci tangan sedunia (global handwashing day) setiap tanggal 15 Oktober.

Dokter Reisa Broto mengungkapkan, cuci tangan yang bersih dengan sabun memang salah satu langkah untuk mencegah stunting, karena aktivitas itu menghindarkan terjadinya infeksi yang dapat mengganggu pertumbuhan anak.

“Kita bisa mulai dengan hal sederhana, tapi berdampak besar, yakni konsisten meningkatkan kesadaran dan kemauan masyarakat mengenai pola hidup bersih dan sehat,” katanya.

Dokter yang pernah menjadi juru bicara Satgas Covid-19 Nasional ini menjelaskan, dengan cuci tangan yang bersih dapat menyumbang perbaikan kesehatan sebesar 90 persen. (mjr/mw)

BAGIKAN

Baca Juga

Link Terkait