KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN

“Kalau bukan katong, sapa lai ?”

1 Mei 2022 | Berita

Usia menjelang senja tidak menyurutkan semangat Bapak Nikodemus Nomleni sebagai kader Posyandu. Bertugas di Posyandu Oesena, Desa Nekmese, Kecamatan Kie, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Bapak Nikodemus Nomleni bersama 4 orang kader lain saat ini melayani sekitar 40 balita dan belasan ibu hamil di kampungnya.
Pak Nikodemus menjadi kader Posyandu berawal dari sekadar membantu pelaksanaan kegiatan Posyandu yang berlokasi di rumahnya. Karena keterbatasan tenaga, Pak Nikodemus terpaksa harus terjun langsung membantu yang kemudian berlanjut menjadi kader Posyandu sampai saat ini. Total sudah hampir 40 tahun Pak Nikodemus menjadi kader Posyandu. Bahkan beberapa bayi dan balita yang menjadi target layanan Posyandu Oesene saat ini adalah cucu dari bayi/ balita yang dulu mendapatkan layanan di Posyandu yang sama.
Insentif yang rendah dan kegiatan yang lumayan menyita waktu adalah alasan utama kurangnya minat dari banyak orang untuk menjadi kader Posyandu.
“Nona-nona dong lebe suka batenun ko dapa doi, darpada jadi kader Posyandu, kalo nyong-nyong dong lebe bae pi jaga toko di Kupang sana ko biar dapa doi “ sahut Bapak Nikodemus
Lebih lanjut Pak Nikodemus menjelaskan bahwa sampai saat ini masih banyak persepsi yang keliru di masyarakat tentang Posyandu. Banyak yang masih beranggapan bahwa Posyandu tidak lebih dari sekedar tempat dimana bayi didaftarkan, ditimbang, pemberian gizi, lalu selesai. Kurang aktifnya masyarakat mengikuti kegiatan Posyandu menyebabkan anggapan tersebut muncul.
“Jadi Posyandu bukan sa katong gunakan untuk timbang anak setiap bulan, tapi bisa ju untuk perbaikan gizi, pendidikan dan perkembangan anak, mencegah stunting, bisa ju untuk peningkatan ekonomi keluarga dan untuk ketahanan pangan, jadi bapa mama harus rajin pi posyandu” lanjut Pak Nikodemus

“Kalau mo omong jujur, beta rasa su cukup beta jadi kader posyandu, Beta mo fokus tani sa, tapi sonde ada yang mau jadi kader, jadi karmana lai ?”
Sifat kader Posyandu sebagai profesi sukarela, lagi-lagi menyebabkan kurangnya minat bagi banyak orang untuk bergabung. Walaupun Pak Nikodemus mengakui beberapa tahun terakhir sudah mulai mendapatkan insentif sebagai kader Posyandu yang bersumber dari dana desa. Jumlahnya memang tidak banyak, sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) setiap tahunnya. Jika dibagi 12 bulan maka setiap kader Posyandu di Desa Nekmese akan mendapatkan Rp. 83.000, – (delapan puluh tiga ribu rupiah) setiap bulannya.
Jumlah tersebut tentu saja terbilang kecil jika dibanding dengan tuntutan pekerjaan yang harus dilakukan oleh seorang kader Posyandu. Selain harus melakukan melakukan, pendataan balita, penyiapan PMT termasuk memasak dan menghidangkan, dan masih banyak aktivitas lainnya, termasuk home visit bagi sasaran yang tidak mengunjungi Posyandu.
Pak Nikodemus berharap segera muncul generasi muda yang mempunyai minat untuk menjadi kader Posyandu. Tuntutan pekerjaan sebagai kader Posyandu yang semakin kompleks terutama masalah pendataan menjadi batasan tersendiri bagi generasi Pak Nikodemus.
“Kalau bukan katong, sapa lai ?” pungkas Pak Nokodemus.

Selamat Hari Posyandu Nasional 2022.

BAGIKAN

Baca Juga

Link Terkait