KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN

Indonesia Miliki Aneka Makanan Tradisional yang Dapat Cegah Stunting

24 Oktober 2022 | Berita, Media

JAKARTA- Indonesian Gastronomy Community (IGC) mengkampanyekan menu makanan tradisional sebagai salah satu pilihan yang efektif menaikkan tingkat gizi masyarakat. Dewan Pakar Indonesian Gastronomy Community (IGC) Hindah Muaris menjelaskan, tumbuh-tumbuhan lokal Indonesia yang secara tradisional menjadi bahan baku makanan memiliki kandungan gizi yang tinggi. “Tetapi sayangnya, kini banyak ditinggalkan karena ada yang lebih praktis dan instan,” katanya di Jakarta, Senin (17/10/2022).

Bila dilihat dari segi keragaman hayati, Indonesia seharusnya tidak pantas menjadi negara dengan angka stunting yang tinggi, karena variasi makanan tradisional Indonesia luar biasa besar dan beragam. Bahan pangan lokal dapat memenuhi hampir 608 protein yang bermanfaat bagi tubuh.

Gastronomy atau tata boga adalah ilmu yang mempelajari teknik-teknik kebaikan dalam makanan. Terkadang ia didefinisikan segala sesuatu yang berhubungan dengan kenikmatan makan dan minuman. Dalam gastronomy, makanan bukan sekadar pengenyang perut, tetapi ada filosofi, sejarah, dan budaya di balik makanan tersebut.

Dalam kaitan dengan stunting, kata Hindah, ilmu gastronomy dapat menyajikan beraneka ragam jenis makanan tradisional, bergizi seimbang, dan berprotein tinggi.

Terkait dengan bahan lokal, harganya sudah tentu lebih murah. Salah satu
yang dibutuhkan dalam pencegahan stunting adalah air bersih, di mana kebanyakan daerah di Indonesia tidak memiliki masalah dengan itu.

Menurut Hindah, menu sehat untuk anak Balita sebenarnya dapat dipenuhi oleh bahan lokal. Potensi pangan Indonesia yang melimpah berasal dari pertanian, perkebunan, peternakan, dan kelautan, menurutnya menjadi salah satu asupan nutrisi yang baik untuk anak.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum IGC Ria Musiawan mengungkapkan, beberapa penelitian dan kajian ilmiah di berbagai daerah menunjukkan bahwa pangan, hidrasi, dan kuliner berbasis kearifan lokal dapat menjadi salah satu faktor sukses pencegahan dan penurunan stunting di Indonesia.

Oleh karena itu, IGC mendeklarasikan diri ikut ambil bagian secara aktif dalam kampanye pemerintah menurunkan angka stunting di Indonesia. Salah satu langkah awal, IGC akan menggalang konsensus para ahli pangan, budaya, sosio-antropologi, dan kesehatan tentang peran nutrisi dan hidrasi melalui makanan tradisional untuk pencegahan dan penurunan stunting.

“Hasil konsensus akan diserahkan kepada pemangku kebijakan sebagai bentuk tindak lanjut komitmen dan dukungan IGC,” katanya. Langkah ini, menurut Ria Musriawan diharapkan akan menjadi edukasi masyarakat tentang pentingnya memanfaatkan pangan lokal di berbagai wilayah di Indonesia.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada 1000 hari pertama kehidupan. Faktor yang memengaruhi adalah kesehatan ibu hamil, asupan ASI, dan makanan tambahan ASI, serta nutrisi penunjang lainnya. Prevalensi stunting di Indonesia saat ini 24,4 persen, menurut survei SSGI 2021. Pemerintah menargetkan capaian prevalensi stunting menjadi 14 persen pada 2024. Sedangkan WHO menetapkan batas maksimal 20 persen. (mjr/mw)

BAGIKAN

Baca Juga

Link Terkait