TAKALAR (Stunting.go.id)- Bulan Agustus adalah bulan menyusui sedunia atau World Breastfeeding Week yang sudah ditetapkan oleh World Health Organization (WHO). Momen ini dimanfaatkan oleh Kabupaten Takalar sebagai bulan kunjungan anak asuh.
Seperti diketahui, anak asuh stunting adalah salah satu program percepatan penurunan stunting nasional, dengan cara menempatkan anak-anak stunting dalam “asuhan” individu tertentu yang memiliki kelebihan secara ekonomi.
Bupati Takalar, Setiawan Aswad, mengungkapkan bulan Agustus adalah juga bulan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Maka dari itu tidak ada salahnya bulan ini dimanfaatkan untuk saling berbagi kemerdekaan. “Maka bulan ini kita jadikan sebagai bulan kunjungan anak asuh,” kata Bupati di Takalar, (17/8/2023). Bukan hanya seruan lisan, gagasan ini dituangkan dalam instruksi Bupati untuk ditindaklanjuti para pimpinan OPD agar mengawal para bapak-ibu asuh yang telah terdaftar di semua level pemerintahan daerah.
Bapak-ibu asuh yang sudah terdaftar diminta mengontrol secara langsung ke rumah anak-anak asuhnya dan melaporkan perkembangan terkini. Tentang realitas yang ditemuinya di rumah anak-anak asuh tersebut diminta diunggah ke aplikasi khusus yang dinamai Takalar Ayo Atasi Stunting. Dengan aplikasi ini para pimpinan daerah, OPD, dan TP2S dapat memantau kondisi anak stunting satu per satu by name by adress.
Bapak-ibu asuh stunting dianggap solusi kongkret di Kabupaten Takalar yang masih memiliki angka kemiskinan tinggi. Selama ini, Tim Pendamping Keluarga telah banyak memberi penyuluhan, pengukuran, dan catatan statistik. “Tapi yang dibutuhkan sesungguhnya adalah bantuan nyata,” kata salah seorang Penyuluh KB dan Fasilitator Tim Pendamping Keluarga (TPK) Kecamatan Galut, Fitri, seperti dikutip Rakyat Sulsel.
Sebelumnya, pada saat pencanangan program bapak-ibu asuh, Bupati Takalar mengeluarkan surat edaran yang isinya meminta seluruh bapak-ibu asuh anak stunting mengunjungi anak asuhnya setiap hari Jumat, dan bulan Agustus ditetapkan sebagai bulan kunjungan.
Kabupaten Takalar masih tercatat sebagai daerah yang memiliki angka prevalensi stunting tinggi, namun belakangan ini signifikan menurun. Berdasarkan data SSGI pada tahun 2022, prevalensi stunting Kabupaten Takalar berada pada angka 31,1 persen. Angka ini menurun jauh dibandingkan dengan tahun 2021 sebesar 34,7 persen.
Dengan program-program yang sinergis, Kabupaten Takalar berhasil keluar dari enam besar kabupaten terburuk stunting di Sulawesi Selatan. Ia kini ada di urutan ketujuh, setelah Janeponto, Tana Toraja, Pangkep, Gowa, Luwu, dan Selayar.
Prevalensi stunting Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2022 berada pada angka 27,2 persen. Kabupaten Jeneponto merupakan wilayah dengan prevalensi stunting tertinggi di Sulawesi Selatan pada 2022, yakni mencapai 39,8 persen, naik 1,9 persen poin dari prevalensi stunting tahun 2021. Kabupaten Tana Toraja terpuruk di urutan kedua, dengan prevalensi stunting terbesar 35,4 persen, diikuti dengan Kabupaten Pangkajene sebesar 34,2 persen. (mjr/mw)