KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN

Asupan Protein Hewani Penting untuk Mencegah Stunting

29 Agustus 2022 | Berita, Media

JAKARTA- Salah satu upaya pencegahan stunting pada anak adalah bagaimana dapat memenuhi asupan protein hewani yang cukup kepada ibu yang tengah mengandung (hamil).

Demikian disampaikan Ahli Gizi dan Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, MPH dalam acara edukasi wartawan bertajuk Penuhi Asupan Protein Hewani, Sambut Generasi Bebas Stunting yang digelar belum lama ini.

“Salah satu intervensi spesifik untuk menurunkan stunting, yakni dengan memberikan makanan tambahan protein hewani pada anak usia di bawah dua tahun (Baduta),” terangnya

Dia mengatakan, setidaknya ada sebelas program pemerintah dalam upaya menurunkan tingkat stunting di Indonesia, tak terkecuali asupan protein hewani yang cukup sejak ibu hamil hingga anak pada 1000 hari kehidupan pertama.

Dia memberikan contoh, selain daging, makanan tambahan protein hewani bisa dipenuhi dengan mengonsumsi satu butir telur setiap hari pada anak usia 6-23 bulan. Sementara untuk anak usia 12-23 bulan bisa diberikan satu kotak susu setiap harinya.

Kenapa harus protein hewani? Fikawati menjelaskan, protein hewani memiliki zat gizi makro dan mikro, selanjutnya protein hewani juga mengandung zat gizi yang sulit ditemui pada pangan nabati. Zat mikro yang dikandung juga lebih mudah diserap oleh tubuh.

“Mutu protein juga bernilai tinggi dengan asam amino esensial lengkap ketimbang protein nabati dan kandungan anti-nutrient yang rendah,” tambah Fikawati.

Lain itu, protein hewani pun mengandung insulin-like growth factor-1 (IGF-1) yang dapat meningkatkan tinggi badan. Temuan terbaru, katanya, protein hewani juga menurunkan risiko obesitas. Lebih lanjut Fikawati menerangkan bahwa tubuh membutuhkan sebanyak 20 jenis asam amino, di mana 9 di antaranya adalah asam amino esensial yang harus didapatkan dari makanan.

Fikawati melanjutkan, protein hewani memiliki asam amino esensial yang lebih banyak dibandingkan dengan protein nabati. Hanya saja, Fikawati mengungkapkan konsumsi susu dan makanan sumber hewani lainnya di negara berkembang masih sangat terbatas. Ia menuturkan, ada penelitian yang menyebutkan bahwa sebagian besar atau 87% anak-anak Indonesia usia 6-59 bulan mengonsumsi hanya biji-bijian, seperti nasi dan roti. Sedangkan konsumsi telur, kacang-kacangan, dan sumber hewani masih rendah.

Untuk mempercepat penurunan stunting di Indonesia, dibutuhkan keterlibatan sektor swasta secara aktif. Pemerintah tidak bisa bekerja sendirian. Problem stunting adalah problem kemanusiaan dan bangsa yang harus melibatkan kepedulian kita semua. Direktur Corporate Affairs PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) Rachmat Indrajaya menyatakan pihaknya telah dan akan terus mendukung program pemerintah untuk menekan kasus stunting Indonesia. Manajemen JPFA juga konsisten dalam menjalankan program edukatif dan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk menjaga keseimbangan gizi, demi terwujudnya generasi Indonesia unggul.[]

BAGIKAN

Baca Juga

Link Terkait