KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN

Anak Stunting di Langsa Tumbuh di Lingkungan Kumuh dan Keluarga Perokok

14 September 2023 | Berita, Media

Sebuah acara Diseminasi Kasus Stunting di Kota Langsa tahun 2022. (Foto: Humas Kota Langsa)

LANGSA (stunting.go.id)- Anak-anak berusia di bawah tiga tahun yang teridentifikasi stunted di Kota Langsa, Provinsi Aceh banyak tumbuh di lingkungan yang kumuh, tidak memiliki sanitasi layak, dan hidup di antara para perokok yang tidak mengindahkan dampak kesehatan pada bayi. Hal ini menjadi faktor penyebab stunting, selain fakta-fakta utama bahwa anak-anak stunted ini memiliki pola makan yang belum dapat dikategorikan sebagai makanan sehat dan bergizi seimbang.

Hal ini dikatakan oleh Pj. Wali Kota Langsa, Syaridin, pada acara Diseminasi Audit Kasus Stunting (AKS) I Kota Langsa, di Aula Cakra Donya Langsa, Rabu (13/9/2023). Audit ini digelar oleh Pemkot Langsa dengan melibatkan tim teknis dan tim pakar termasuk dokter spesialis anak, ahli gizi, dan dokter kandungan.

Melalui diseminasi ini, Pemkot Langsa berharap seluruh faktor penyebab stunting dapat diidentifikasi, sekaligus menghasilkan rekomendasi-rekomendasi yang akan dijalankan oleh pihak-pihak terkait. Syaridin menyebutkan penurunan stunting masih menjadi prioritas di daerahnya.

Prevalensi stunting di Kota Langsa berdasarkan SSGI tahun 2022 sebesar 22,1%. Angka ini turun dibanding tahun sebelumnya, di mana prevalensi stunting Kota Langsa pada tahun 2021 sebesar 25,5%. “Pencapaian penurunan prevalensi stunting Kota Langsa ini menjadi terbaik kedua se-Provinsi Aceh,” ujarnya.

Adapun Provinsi Aceh angka prevalensi stuntingnya pada tahun 2022 masih sebesar 31,2%, jauh lebih tinggi daripada angka prevalensi nasional 21,6%. Percepatan penurunan stunting harus dilaksanakan secara holistik, integratif, dan berkualitas, serta melalui koordinasi sinergi dan sinkronisasi dengan kementerian/lembaga pemerintah dan swasta.

Menurut penelitian, asap rokok memicu infeksi paru-paru dan infeksi tersebut mengurangi nafsu makan bagi anak-anak, sehingga asupan gizi anak akan terganggu. Gizi merupakan ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk menghasilkan energi dan membangun jaringan yang berfungsi menunjang kesehatan tubuh kembang anak. Gizi dipengaruhi berdasarkan asupan makanan, infeksi, dan genetik.

Bila terdapat indikasi infeksi paru-paru, maka asupan gizi anak pun akan berkurang. Hal tersebut yang menyebabkan menurunnya kualitas gizi balita di Indonesia. Data mencatat terdapat 1 dari 5 kasus kematian balita yang disebabkan langsung dari perilaku merokok orang tua. Penelitian yang dilakukan Strachan dan Cook (1997) menyimpulkan bahwa hubungan orang tua perokok dan gangguan kesehatan pada bayi sangat mungkin dan berdampak pada malnutrisi yang dialami anak.

Di Indonesia lebih dari 40,3 juta anak berusia 0-14 tahun terpapar asap rokok di lingkungannya. Gejala yang dapat diamati adalah kurang nafsu makan, batuk, asma, mudah terkena infeksi saluran pernapasan, kurus, dan pendek. Perilaku kepala keluarga yang merokok dituding memiliki kaitan yang kuat terhadap gizi buruk balitanya, seperti pengeluaran biaya untuk membeli rokok yang menggeser prioritas belanja makanan bergizi. (mjr.mw)

BAGIKAN

Baca Juga

Link Terkait