Sekretariat Wakil Presiden mengadakan pertemuan secara daring dengan PTT Exploration and Production Public Company Ltd (PTTEP) pada Jumat, (30/7). Pertemuan tersebut untuk membahas perkembangan pelaksanaan program kemitraan penurunan stunting di Provinsi NTT.
Perwakilan PTTEP didampingi oleh perwakilan Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Bappeda Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
PTTEP merupakan perusahaan eksplorasi dan produksi minyak nasional Thailand, yang telah memberikan dukungan pada berbagai program pemerintah Indonesia baik di bidang kesehatan, lingkungan, hingga ekonomi masyarakat. PTTEP telah bermitra dengan Setwapres untuk mendukung percepatan penurunan stunting di tiga kabupaten di NTT untuk periode 2020-2022. Dalam menjalankan program tersebut, PTTEP dibantu oleh Yayasan Dompet Dhuafa sebagai manajer operasional program.
Pada bulan Juni 2021, Indonesia memenangkan penghargaan perunggu Asia Pacific Stevie Awards sebagai program dengan inovasi dalam Public Service Communication atas Program Kemitraan Percepatan Pencegahan Stunting yang diinisasi di tiga kabupaten di Provinsi NTT. Stevie Awards adalah penghargaan bisnis internasional yang terbuka untuk seluruh organisasi di 29 negara di wilayah Asia-Pasifik.
Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan, Setwapres, Suprayoga Hadi mengapresiasi capaian tersebut. Ini merupakan bukti nyata sejauh mana peran PTTEP dan Dompet Dhuafa dalam membantu pemerintah Indonesia dalam upaya penurunan stunting di tiga kabupaten di NTT.
“Saya rasa ini menjadi salah satu hal yang menunjukkan kemitraan yang sebenarnya antara kami di tingkat pusat, kemudian teman-teman di Provinsi NTT dan tiga kabupaten: Kupang, TTS, dan TTU dengan mitra yang selama ini secara langsung membantu program penurunan stunting yang ada di provinsi NTT dan di tingkat kabupaten di NTT,” kata Suprayoga
Suprayoga mengharapkan agar program kemitraan ini dapat efektif dalam penurunan stunting, sehingga diperlukan evaluasi terbuka pada pencapaian program ini. Selain itu, diharapkan program kemitraan ini dapat diadopsi oleh pemerintah daerah setempat. Efektivitas pelaksanaan program hendaknya dapat diteruskan oleh pemerintah daerah saat program kemitraan ini berakhir.
“Ini menjadi penting sebetulnya sejauh mana Pemda ini dapat mengadopsi program-program tadi menjadi program daerah. Karena daerah yang akan menjadi ujung tombak dalam konteks penurunan stunting. Ini terlepas ada atau tidaknya kemitraan atau dukungan yang bersifat temporer,” tambah Suprayoga.
Suprayoga juga memberikan dukungan agar kerja kolaborasi ini dapat diperluas ke wilayah lain melalui dukungan yang lebih baik dengan pelibatan mitra lainnya, sehingga target penurunan prevalensi stunting sebesar 14 persen pada 2024 dapat tercapai.
General Manager PTTEP Indonesia, Grinchai Hattagam menyampaikan bahwa raihan penghargaan perunggu Asia Pacific Stevie Awards ini tidak terlepas dari peran seluruh pihak dalam program kemitraan. Dirinya berterimakasih pada semua dukungan pada program kemitraan ini, walaupun sempat terjadi penyesuaian rencana kerja karena pandemi Covid-19.
“Penghargaan yang diterima dari The Asia Pacific Stevie Awards 2021 membuktikan kualitas program yang telah diinisasi memenuhi standar internasional dan kami juga berharap bahwa kolaborasi yang telah terjalin dapat menginspirasi dunia usaha lainnya untuk mendukung program prioritas pemerintah,” tutur Grinchai
Sedangkan General Affairs Manager PTTEP, Afiat Djajanegara menekankan bahwa penghargaan tersebut merupakan bukti bahwa kolaborasi antara PTTEP, pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan NGO dapat terlaksana dengan baik.
Dalam kesempatan yang sama, perwakilan dari Yayasan Dompet Dhuafa, Herdiansyah memaparkan laporan capaian program kemitraan cegah stunting yang telah dilakukan selama periode 2020-2021 dengan lokasi intervensi mencakup 16 desa.
Program-program yang dilaksanakan memberikan dukungan intervensi gizi spesifik dan sensitif yang menyasar rumah tangga 1000 HPK, remaja puteri, dan wanita usia subur. Interversi gizi spesifik yang dilakukan antara lain monitoring posyandu, kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ibu hamil dan baduta, dan pemantauan kesehatan melalui kunjungan rumah. Sedangkan kegiatan untuk intervensi gizi sensitif antara lain edukasi pada ibu hamil, remaja, dan wanita usia subur, pembangunan toilet bersih, pengadaan alat anthropometri, serta pembangunan dan renovasi posyandu.