KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN

Pramuka, Agen Strategis Turunkan Stunting

15 Juli 2022 | Berita, Media

SALATIGA – Upaya menurunkan stunting harus melibatkan banyak pihak. Salah satunya adalah Pramuka yang kebanyakan beranggotakan generasi muda. Mereka harus diajak untuk bersama-sama berperan menurunkan stunting. Mereka harus mendapatkan edukasi apa yang harus dilakukan sebelum dan sesudah nikah, kemudian ikut mengedukasi yang lain.

Demikian disampaikan Atikoh Ganjar Pranowo, Ketua Kwartir Daerah (Kwarda) Gerakan Pramuka Jawa Tengah usai melantik dan mengukuhkan Majelis Pembimbing Cabang (Mabicab) dan Pengurus/ Andalan Gerakan Pramuka Kwartir Cabang (Kwarcab) Kota Salatiga Masa Bakti 2022-2027, di ruang Kaloka Setda Kota Salatiga, Kamis (14/7/2022). Dikutip dari Diskominfo Jawa Tengah.

Istri Gubernur Jawa Tengah ini mengatakan saat ini masalah stunting adalah masalah nasional, di mana Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden KH Maruf Amin sudah mengarahkan dan menetapkan penurunan angka stunting hingga 14 persen pada tahun 2024.

Dia pun berharap, Pramuka bisa ikut berperan serta dalam upaya menurunkan stunting. Pasalnya, generasi muda saat ini akan menjadi pemimpin di masa akan datang. Untuk itu, sangat penting untuk menjaga dan meningkatkan kualitas manusia anak-anak Indonesia, dengan cara mencegah stunting.

Stunting akan memengaruhi sumber daya manusia yang nanti akan menjadi tonggak estafet kepemimpinan masa depan, karena memengaruhi kualitas kesehatan, kualitas otak, perkembangannya juga akan berpengaruh,” jelasnya.

Pemilik nama lengkap Siti Atikoh Supriyanti ini sangat berharap Pramuka bisa mengedukasi teman-teman mereka yang duduk di SMP dan SMA agar tetap memiliki cita-cita setinggi langit, mendapatkan pendidikan tinggi, tidak menyegerakan kawin atau menikah di usia muda, karena memiliki potensi bahaya.

Dia menjelaskan, secara anatomis dalam pernikahan usia anak, organ anatomi anak belum siap. Jika memiliki anak di usia kanak-kanak tentu akan memiliki risiko terhadap kesehatan organ reproduksi. Secara pengetahuan, pelaku pernikahan anak belum memiliki pengetahuan yang memadai tentang asupan gizi dan protein yang dibutuhkan agar janin tetap sehat.

Dari sisi finansial pun, kemungkinan pelaku pernikahan anak juga belum siap. Jadi, dia berharap Pramuka menjadi influencer, memberikan info yang benar, edukasi, dan semangat kepada yang mereka yang masih sekolah. “Karena kalau yang memberi edukasi teman-teman seumuran tentu akan lebih masuk,” ujar Atikoh.

Atikoh mengatakan, upaya penurunan stunting harus dilakukan secara bersama-sama. Selain mengedukasi anak-anak muda melalui Pramuka, juga harus ada yang mengedukasi orang tua, terutama ibu hamil. Pasalnya, peran keluarga itu sangat penting dalam mencegah adanya pernikahan usia anak, serta memberikan pemahaman pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) yang menjadi kunci pencegahan stunting.

Jangan sampai lalai. Stunting tidak boleh terjadi!

BAGIKAN

Baca Juga

Link Terkait