KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN

Jawa Tengah Latih Ibu-ibu PKK Jadi Agen Cegah Stunting

15 November 2022 | Berita, Media

Ibu-ibu Dasawisma setelah mengikuti pelatihan di Kabupaten Demak. (Foto: TP2S Kab Demak)

SEMARANG (https://stunting.go.id)- Dasawisma di 14 kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dilatih untuk diterjunkan mendampingi ibu-ibu hamil di lingkungannya. Pelibatan ibu-ibu dasawisma ini dikemas dalam program “Gotong Royong Cegah Stunting (Gong Ceting), Program Matching Fund Kedaireka tahun 2022″. Dasawisma adalah kelompok ibu-ibu PKK yang terdiri dari 10 orang yang menjalankan suatu program bersama di tingkat desa atau kelurahan.

Pada acara pelatihan yang dilakukan di Demak, (12/11/2022), sebanyak 20 Dasawisma dari 10 desa lokus stunting di Kabupaten Demak dilatih keterampilan dasar tentang gizi dan perawatan balita. Desa-desa yang diikutkan dalam program ini adalah daerah-daerah target utama program percepatan penurunan stunting, yaitu Desa Raji, Turirejo, Tedunan, Sedo, Margolinuk, Morodemak, Tlogoboyo, Betahwalang, Sukodono, dan Desa Karangrejo.

Ibu-ibu Dasawisma ini dilatih oleh tim dari ITEKES Cendekia Utama Kudus yang bekerja sama dengan Universitas Alma Ata Yogyakarta. Salah satu pelatih dalam kegiatan ini Ervi Rachma Dewi mengatakan, pelatihan ini dimaksudkan untuk meningkatkan literasi masyarakat terhadap stunting, dari unsur masyarakat itu sendiri.

“Literasi stunting sangat penting agar masyarakat dapat mengelola sumber daya yang ada di sekitar untuk percepatan penurunan angka stunting,” terangnya. Menurutnya, Dasawisma merupakan kelompok masyarakat yang lebih dekat dengan ibu hamil dan ibu menyusui, sehingga kelompok ini diharapkan berperan penting sebagai penggerak di masyarakat.

Dasawisma yang dilibatkan harus melalui serangkaian screening. Tahapan pelibatan ibu PKK ini dimulai dengan pre-test yang materinya tentang ibu hamil dan ibu menyusui. Bila peserta berhasil lolos pre-test, ia baru mendapatkan kesempatan pelatihan dengan materi pendampingan ibu hamil dan ibu menyusui serta konseling. Sebelum terjun ke masyarakat, mereka harus menjalani post-test selama tiga hari sebelum dinyatakan siap aksi.

Ibu-ibu PKK ini nantinya diminta memberikan informasi yang benar, asistensi praktis ibu hamil dan menyusui, serta menyingkirkan mitos-mitos yang kontraproduktif yang sering berkembang di berbagai daerah. Di Demak misalnya, terdapat mitos untuk membuang ASI pertama setelah persalinan. Padahal ASI pertama yang keluar, disebut kolostrum, mengandung antibodi, vitamin A dan protein yang sangat kaya dan penting untuk pertumbuhan bayi.

Gong Ceting adalah program regional Provinsi Jawa Tengah yang diluncurkan di Boyolali, (27/10/2022) lalu. Program ini merupakan kerja sama Pemprov Jawa Tengah, BKKBN, dan 22 Perguruan Tinggi di Jawa Tengah. Program ini dikolaborasikan dengan platform Kedaireka, yaitu program pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi. Kedaireka merupakan akronim dari Kerja Sama Dunia Usaha dan Kreasi Reka.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menggarisbawahi tiga hal yang harus ditempuh dalam penanganan stunting. Yang pertama adalah data yang valid, kedua treatment yang tepat, dan ketiga kolaborasi. “Selanjutnya, tinggal kita butuh metodologi untuk lari cepat,” katanya.

Menurut data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019, prevalensi stunting Provinsi Jawa Tengah berada pada angka 27,68 persen, dan data SSGI 2021 turun tajam menjadi 20,9 persen. Dengan prevalensi tersebut, artinya 1 dari 5 balita di Provinsi Jawa Tengah mengalami stunting atau gangguan tumbuh kembang.

Data SSGI 2021 menunjukkan, dari 34 kabupaten/kota di Jawa Tengah, terdapat 14 kabupaten/kota dengan proporsi balita stunting di atas angka provinsi. Sedangkan 21 kabupaten/kota lainnya memiliki prevalensi di bawah angka provinsi.

Kabupaten Wonosobo tercatat sebagai daerah dengan prevalensi balita stunting tertinggi di Jawa Tengah, yakni mencapai 28,1 persen. Diikuti Kabupaten Tegal 28 persen, dan Kabupaten Brebes 26,3 persen. Kabupaten Grobogan memiliki prevalensi balita stunting terendah di provinsi ini, yakni hanya 9,6 persen. Setelahnya, Kota Magelang dengan prevalensi 13,3 persen, dan Kabupaten Wonogiri 14 persen. (mjr/mw)

BAGIKAN

Baca Juga

Link Terkait