KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN

Food Bar Pangan Lokal Alternatif Atasi Stunting

6 September 2023 | Berita, Media

Prof. Dr. Dewanti Widyaningsih M.Kes, Guru Besar UB bidang gizi, pangan fungsional dan nutrasetikal (Foto: FP UB)

MALANG (stunting.go.id)- Pangan lokal di Indonesia memiliki varian yang beragam dan jumlah yang melimpah, melebihi kebutuhan masyarakat. Sayangnya, banyak bahan makanan tidak termanfaatkan dengan baik karena gagal dalam pengolahan dan sulit disesuaikan dengan cita rasa anak-anak.

Guru Besar bidang gizi, pangan fungsional, dan nutrasetikal dari Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya (UB), Prof. Dr. Tri Dewanti Widyaningsih, M.Kes. menegaskan, pengolahan pangan lokal adalah solusi efektif menurunkan stunting.

Pengembangan produk seperti food bar berpotensi menjadi solusi alternatif dalam mengatasi masalah stunting. Food bar merupakan makanan yang sangat populer, terutama di kalangan anak-anak, terutama balita. Food bar dapat diolah dengan berbagai bentuk, seperti snack bar, flakes, atau granular.

Teknik mengolah makanan lokal menjadi “makanan pabrik” inilah yang perlu diajarkan kepada masyarakat agar dapat memberi asupan kepada anak-anak dengan bahan bermutu yang tidak mahal. “Keunggulan dari food bar adalah praktis, tahan lama, memiliki nilai gizi dan energi yang tinggi, serta bisa dikemas dengan menarik,” kata Tri Dewanti seperti dilansir Berita Jatim, Selasa (5/9/2023).

Untuk mewujudkan food bar, ada banyak bahan-bahan makanan di sekitar yang dapat dimanfaatkan, di antaranya adalah kacang merah, kacang hijau, tempe, ikan tuna, ikan lele, telur, dan susu. Selain itu, beberapa jenis sayuran dan buah-buahan, seperti wortel, kelor, buah pisang, mangga, stroberi, serta berbagai jenis sayuran dan buah lain juga dapat diolah sebagai food bar.

Bahan lainnya adalah ubi jalar ungu, ubi jalar kuning, atau ubi lokal lainnya, seperti labu kuning, sukun, jagung, dan sorgum sangat cocok sebagai food bar sumber karbohidrat. “Formulasi dalam pembuatan food bar memiliki peran penting dalam menentukan kandungan gizi dan energi produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, pemilihan bahan makanan dan perbandingan proporsinya perlu dihitung secara optimal,” jelasnya.

Food bar, sebagai produk padat gizi dan energi yang berbasis pangan lokal, dapat digunakan sebagai bagian dari intervensi gizi spesifik yang secara langsung dapat meningkatkan asupan gizi pada anak-anak yang mengalami stunting. Selain itu, food bar praktis, tahan lama, dan disukai oleh anak-anak, sehingga diharapkan dapat memperbaiki status gizi anak-anak yang mengalami stunting.

Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pernah memperagakan pembuatan sprouted snack bar (SSB) sebagai bagian dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat untuk percepatan penurunan stunting. Bahan-bahannya adalah kacang merah, kecambah, apel, strawberry, pisang, dan kismis yang digabungkan menjadi satu. Bahan- bahan itu diolah dengan cara disangrai dan dioven. Kedua teknik ini dianalisis nutrition factsnya dan diuji organoleptik.

Ternyata kandungan gizinya sangat tinggi dan anak-anak menyukai. “Makanan ini dapat diolah sendiri oleh ibu rumah tangga dengan biaya murah,” tandas Adiva Aphrodita, ketua kelompok lima mahasiswa yang mencetuskan karya ini.

Gangguan tumbuh kembang pada balita atau stunting terjadi akibat anak tidak mendapatkan asupan gizi yang memadai dalam 1.000 hari pertama kehidupan, semenjak anak masih dalam kandungan hingga berusia 2 tahun. Stunting akan mengganggu pertumbuhan dan memiliki dampak fungsional berkepanjangan yang merugikan anak.

Stunting juga bisa disebabkan karena masalah selama kehamilan, persalinan, penyusuan, atau setelahnya, seperti pemberian makanan pendamping ASI yang tidak mengandung gizi. Selain itu, pola asuh yang kurang baik dan kondisi lingkungan yang buruk juga dapat memicu infeksi yang erat kaitannya dengan terjadinya stunting. (mjr.mw)

BAGIKAN

Baca Juga

Link Terkait