MATARAM (https://stunting.go.id)- Atensi publik terhadap isu stunting tak lepas dari pemberitaan yang diproduksi oleh media massa. Dalam hal ini, cara pandang jurnalis dapat memengaruhi opini dan cara pandang masyarakat terhadap stunting.
Untuk itu, Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar peningkatan kapabilitas jurnalis dan peran media lokal dalam rangka mempercepat penurunan kasus stunting di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ketua Tim Peneliti UGM, Prof Dr Phil Hermin Indah Wahyuni mengatakan, kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan peran media dan jurnalis agar lebih afirmatif pada isu-isu stunting, perempuan, dan balita. Dalam aksi intervensi stunting yang sudah dilakukan pemerintah, terdapat daya dukung yang tak dapat dinegasikan, yaitu aspek informasi, komunikasi, dan pengetahuan publik.
Sejak tahun 2021, Universitas Gadjah Mada menjalankan program penelitian dan pengabdian kepada masyarakat bertajuk Comprehensive and Integrated Action (CINTA) untuk penanganan stunting berbasis potensi lokal di NTB dan NTT. Program ini merupakan multidisiplin yang dilaksanakan oleh para peneliti UGM pada bidang kesehatan, pertanian, dan pengolahan pangan. “Hal ini tak lepas dari salah satu temuan kajian tahun pertama yang menunjukkan bahwa literasi kesehatan menjadi poin signifikan,” katanya di Lombok, Kamis (24/11/2022).
Ia mengatakan, persoalan komunikasi dan bermedia menjadi satu aspek penting dalam penyelesaian problem-problem kesehatan publik, tidak terkecuali stunting yang merupakan isu serius di Indonesia dan beberapa wilayah, seperti NTT dan NTB.
“Jaringan komunikasi yang perlu dioptimalkan dan peningkatan peran media lokal serta komunitas juga merupakan dua fokus perhatian dari tim di klaster ini,” imbuhnya.
Sebenarnya Program CINTA NTT-NTB ini secara umum masih berfokus pada upaya penurunan angka stunting dengan pendekatan lima pilar aksi dan tujuan penguatan komitmen dan visi kepemimpinan pada Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa. “Termasuk peningkatan komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat,” katanya.
Kegiatan semacam ini juga dapat meningkatkan konvergensi intervensi spesifik dan intervensi sensitif, peningkatan ketahanan pangan dan gizi pada tingkat individu, keluarga, dan masyarakat, serta penguatan dan pengembangan sistem, data, informasi, riset, dan inovasi.
Bila pendidikan kepada jurnalis dalam isu ini dilakukan dengan benar, maka klaster komunikasi dan media akan berupaya memetakan proses komunikasi yang terjadi di lapangan terkait isu stunting, termasuk mengidentifikasi apakah stunting menjadi isu yang relevan di masyarakat dan muncul dalam pembicaraan masyarakat dan pemerintah daerah. “Selain itu, respons terhadap isu stunting juga dipetakan dalam upaya menemukan pesan kunci, sehingga proses penanganan stunting dapat tercapai,” tutupnya. (mjr/mw)