KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN

GUBERNUR KALTIM TARGET PREVALENSI STUNTING TURUN 8 POIN PERSEN PADA 2024

19 Juli 2022 | Berita, Media

SAMARINDA- Demi mengejar target pemerintah pusat dalam menurunkan prevalensi stunting 14 persen pada tahun 2024, Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor menargetkan prevalensi stunting di wilayahnya turun 8 poin persen dari angka 22,8 persen pada tahun 2021 menjadi 14 persen pada tahun 2024.

Isran mengatakan saat ini prevalensi stunting nasional berada di angka 22,4 persen, sementara Kalimantan Timur berada di angka 22,8 persen. “Berarti Kaltim masih di bawah rata-rata (prevalensi) nasional,” kata Isran dalam Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas), Samarinda, Kalimantan Timur, Senin 18 Juli 2022.

Mantan Bupati Kutai Kartanegara ini mengharapkan, sekalipun secara nasional ditargetkan sebesar 14 persen pada tahun 2024, namun dia yakin Provinsi Kalimantan Timur dengan bekerja lebih keras dan serius bisa turun mencapai 12,83 persen. “Perlu upaya serius dan kerja keras seluruh pihak serta kerja sama lintas sektor,” katanya.

Isran mengatakan, peringatan Harganas ke-29 ini merupakan bentuk apresiasi yang diberikan negara terhadap peran keluarga dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas, termasuk salah satunya adalah mencegah stunting. Peringatan Harganas ini diinisiasi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Kaltim yang mengusung tema “Ayo Cegah Stunting“, digelar di Hotel Harris Samarinda.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala BKKBN Kaltim Sunarto menjelaskan Pemerintah Kalimantan Timur telah membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TP2S) yang dipimpin langsung Ketua Pelaksana Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi, demi tercapainya penurunan stunting di provinsi dan nasional.

Selanjutnya, telah dibentuk juga TP2S di tingkat kabupaten/kota, bahkan hingga tingkat desa/kelurahan. Untuk mendukung pelaksana tugas TP2S, BKKBN Kaltim juga merekrut Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Penurunan Stunting, dengan tujuan untuk meningkatkan koordinasi yang insentif dan efektif antara Satgas PPS dengan para pemangku kebijakan.

Menurutnya, permasalahan serius dalam pembangunan sumber daya manusia baik jangka pendek maupun jangka panjang, adalah akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, sanitasi buruk, dan kurangnya pengasuhan selama 1.000 hari pertama kehidupan, sehingga anak menjadi stunting.

Dia melanjutkan, penyebab Balita gagal tumbuh atau stunting disebabkan pertumbuhan sel otak yang tidak maksimal.[]

BAGIKAN

Baca Juga

Link Terkait