SOLO- Inovasi sangat dibutuhkan untuk mempercepat penurunan stunting. Salah satu inovasi dilakukan Forum Kesehatan Kelurahan (FKK) Mojosongo, Jebres, Solo. Mereka mendirikan Baby Café Bintangku, suatu tempat yang menyediakan makanan sehat, khususnya MPASI (Makanan Pendamping ASI) bagi bayi berusia di bawah 1 tahun.
Dody Sudarsono menceritakan perihal pertama kali Baby Café Bintangku dirintis. Bermula dari kasus Balita stunting yang terdapat di dua RW (Rukun Warga) di Kelurahan Mojosongo beberapa tahun lalu. Didirikan tahun 2018, stan Baby Cafe Bintangku pertama kali dibuka di Selter Mojosongo yang berlokasi di dekat Taman Jaya Wijaya Mojosongo.
Pandemi Covid 19 yang mewajibkan social distancing atau menjaga jarak, mengurangi aktivitas fisik di luar, mengakibatkan Baby Café Bintangku sempat terhenti. Barulah kemudian, setelah Pandemi Covid 19 mulai menurun, Baby Café Bintangku kembali dibuka pada Sabtu, 27 Agustus 2022, dengan jam operasional mulai pukul 06.00 WIB pagi sampai selesai.
“Dari keprihatinan atas kasus stunting tersebut, FKK Mojosongo mendirikan Baby Cafe Bintangku sebagai upaya untuk ikut serta menangani masalah stunting dengan menyediakan MPASI sehat, juga dengan harapan bisa membantu ibu-ibu muda yang biasanya mengandalkan makanan instan, agar beralih ke makanan sehat untuk anak-anak mereka,” ujar Dody di Solo.
Inovasi Baby Cafe Bintangku dalam menangani kasus stunting adalah dengan menyediakan MPASI 4 bintang, yakni bubur bayi yang mengandung nutrisi karbohidrat, protein hewani, protein nabati, dan sayuran. “Menu yang kami buat bervariasi, setidaknya ada delapan menu yang disiapkan dan bergantian setiap hari,” kata Dody.
Dalam proses pembuatan hingga pemasaran bubur bayi tersebut, FKK Mojosongo membentuk tim untuk mengolah, memasak, dan memasarkan. “Untuk pemasarannya dilakukan melalui grup WhatsApp. Pada malam hari, diinfomasikan tentang menu MPASI untuk besok pagi. Pada pagi hari, bahan-bahan diolah dan dimasak. Mulai pukul 06.00 WIB pagi, MPASI dijual dan dipasarkan,” tuturnya.
Di Baby Café Bintangku, bubur bayi dengan kemasan cup kecil dijual dengan harga Rp 3.500 per cup (untuk bubur kasar) dan harga Rp 4.000 per cup (untuk bubur halus). Para pelanggan Baby Cafe Bintangku, di antaranya, adalah warga Kelurahan Mojosongo, sebagian juga di sekitar Mojosongo dan Solo, termasuk wilayah Wonorejo, Karanganyar, atau berdasarkan pesanan.
Sebelum masa pandemi, omzet yang bisa diperoleh Baby Cafe Bintangku dari penjualan bubur bayi rata-rata mencapai Rp124 juta setahun atau sekitar Rp 250 ribu per hari.
Sejak awal pendirian Baby Cafe itu, kata Dody, memang tidak berorientasi untuk mendapatkan laba atau profit. Namun, dari penjualan MPASI tersebut dalam beberapa tahun ini ternyata bisa mendatangkan keuntungan.
Dari situ, FKK Mojosongo kembali melakukan inovasi dengan mengalokasikan laba yang didapat dari penjualan MPASI untuk pemberian bantuan modal usaha bagi masyarakat tidak mampu yang anaknya mengalami kasus stunting.
“Profit yang didapatkan dari penjualan bubur bayi ini disumbangkan kepada keluarga miskin yang mengalami kasus bayi gizi kurang dalam bentuk bantuan modal usaha, misalnya mereka ingin buka usaha cucian, bisa dibelikan mesin cuci, sabun cuci, pewangi, dan sebagainya, atau usaha wedangan, dan lain-lain,” ucap dia.
Tujuan pemberian bantuan tersebut agar keluarga itu dapat meningkatkan perekonomiannya, termasuk untuk meningkatkan kesehatan dalam keluarga tersebut.
Selain menyediakan MPASI, pada waktu Baby Cafe Bintangku dibuka, juga disediakan layanan konsultasi kesehatan Balita dari Tim Puskesmas Sibela, Mojosongo. Menurut Sarwanti dari Puskesmas Sibela, dalam penanganan kasus stunting di Solo, khususnya di wilayah Mojosongo, ada kegiatan orientasi duta stunting, di mana para kader Posyandu diajak untuk menemukan kasus stunting di masyarakat.
“Dengan adanya kegiatan ini diharapkan masyarakat bisa menemukan dan melaporkan adanya kasus stunting sehingga nantinya dapat segera diberikan penanganan,” kata Sarwanti yang juga ahli gizi dari Puskesmas Sibela itu.[]