MOJOKERTO- Pemerintah Kota Mojokerto, Jawa Timur, memang merupakan daerah yang paling rendah prevalensi stunting menurut data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 dengan angka 6,9 persen, jauh di bawah angka prevalensi stunting Provinsi Jawa Timur yang ada di angka 23,5 persen. Akan tetapi, bukan berarti Pemkot berhenti. Pemkot Mojokerto tetap berkomitmen menurunkan stunting di daerahnya dengan menggelar audit kasus stunting.
Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari mengatakan, upaya yang dilakukan, salah satunya adalah menggelar audit kasus stunting di Ruang Sabha Mandala Madya Kantor Pemerintah Kota Mojokerto, Senin (29/8/2022) dikutip dari Republika.com
Perempuan yang akrab disapa Ning Ita ini mengatakan, pihaknya menargetkan angka stunting di daerahnya akan turun di bawah 5,95 persen saat dilakukan survei nasional pada September nanti. “Hal itu bukti komitmen dan kolaborasi kita bersama, menjadikan Mojokerto sebagai kota zero stunting ke depan,” ujar Ning Ita.
Dia pun meminta jajarannya untuk melakukan pemetaan bayi stunting per kelurahan agar tepat dalam melakukan intervensi. “Kasus stunting yang terjadi di masing-masing kelurahan tentu kondisinya berbeda-beda, maka diperlukan pemetaan, kita cari solusi terbaik dengan melibatkan OPD terkait,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Ning Ita meminta komitmen seluruh pemangku kepentingan dalam mewujudkan tujuan nasional Generasi Emas 2045. “Generasi Emas harus kita upayakan, kita ikhtiarkan sejak mereka dalam kandungan,” ujarnya.
Hadir mendampingi Ning Ita dalam forum ini, antara lain Sekretaris Daerah Gaguk Tri Prasetyo dan Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes PPKB) Triastutik Sri Prastini.
Selain dihadiri tim audit kasus stunting tingkat kota, forum ini juga menghadirkan narasumber dari Balai Konseling Anak dan Remaja Kota Mojokerto Hannia Pewitasari untuk mengurai masalah, penyebab, akibat, dan solusi yang diharapkan.[]