PALU (https://stunting.go.id)- Pemerintah Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, membukukan angka penurunan stunting secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Menurut SSGI 2021, angka prevalensi stunting di kota yang terletak di leher Pulau Sulawesi ini berada pada 23,9 persen. Angkanya konsisten turun dari tahun 2013 sebesar 35,6 persen menjadi 24,1 persen di tahun 2018. Kota Palu adalah kabupaten/kota terendah prevalensi stuntingnya di Provinsi Sulawesi Tengah yang rerata prevalensi stunting tingkat provinsi mencapai 29,7 persen.
Angka yang dicapai Kota Palu memang belum memenuhi target nasional yang turun hingga 14 persen pada 2024, bahkan masih di atas ambang batas WHO 20 persen. Akan tetapi, kinerja semua elemen pemerintah dan masyarakat telah berhasil mencetak angka turun secara gradual terus menerus. Pada SSGI tahun 2022 yang masih berlangsung ini, Pemkot Palu berharap angka prevalensi stuntingnya akan turun lagi secara signifikan.
Pada acara apel siaga stunting di halaman Kantor Wali Kota Palu, (3/11/2022) lalu, Wakil Wali Kota Palu, Reny A Lamadjido, mengapresiasi aparatur negara yang bekerja keras menurunkan stunting. Ia menjelaskan, Kota Palu dalam penanganan stunting memiliki program bertajuk “Nosiapa Pale”. Frasa itu berarti pekerjaan yang dilakukan secara gotong-royong. “Stunting bukan hanya urusan tenaga kesehatan, tetapi semua OPD juga harus ikut membantu penanganan Stunting,” jelasnya.
Reny A Lamadjido menambahkan, pengendalian penduduk menjadi salah satu prioritas dilakukan Pemkot Palu dalam melakukan pencegahan stunting melalui program Keluarga Berencana yang dikolaborasikan dengan sektor kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan sosial budaya. “Beberapa waktu lalu, kami telah menyalurkan stimulus pangan penanganan stunting kepada keluarga sasaran. Program ini secara berturut-turut dilakukan selama enam bulan guna peningkatan gizi balita dan ibu hamil,” demikian Reny.
Menurut data Dinas Kesehatan setempat, jumlah anak stunting di Kota Palu mencapai 1.221 balita dari total jumlah 22.400 balita yang ada. Secara medis, penanganan stunting dilakukan dengan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) dan makanan bergizi kepada ibu hamil, begitu pun perlakuan terhadap balita sasaran dengan intervensi pemenuhan cakupan gizi.
Provinsi Sulawesi Tengah sendiri memberikan perhatian besar pada capaian masing-masing daerah tingkat dua di wilayahnya serta memberikan penilaian dan apresiasi. Tahun 2021 lalu, telah diumumkan pemenang “Kinerja Aksi Percepatan Penurunan Stunting Terintegrasi” untuk kabupaten/kota. Kemudian ada pula penghargaan bagi kabupaten/kota paling inovatif, replikatif, dan paling inspiratif.
Iklim kompetitif ini berhasil memompa semangat dan menyuburkan kreasi serta inovasi daerah. Sebagian daerah melahirkan kreasi menarik yang dapat menjaga stamina para petugas. TP2S Kota Palu, misalnya, menciptakan lagu mars stunting untuk memberikan dorongan semangat pada acara-acara penanganan dan pencegahan stunting. (mjr/mw)