KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN

Memprioritaskan Pencegahan Stunting di Era Pandemi Covid-19: Sekali Mendayung Dua Tiga Pulau Terlampaui

15 September 2020 | Opini

Intervensi Stunting dalam Corona

Penulis:
Lindawati Wibowo (RM Team Lead, TP2AK/Setwapres)
Purnawan Djunadi (Evaluation Team Lead, TP2AK/Setwapres)
Rohidin (Monitoring Specialist – Public Finance Management, TP2AK/Setwapres)

Sejak Presiden Jokowi mengumumkan kasus pasien terinfeksi virus Corona pertama kali ditemukan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020, penyebaran penyakit Covid-19 meluas dengan cepat ke berbagai wilayah dalam negeri dengan penambahan kasus yang tinggi. Pemerintah, baik pusat maupun daerah, telah melakukan berbagai tindakan preventif memutus mata rantai penularan melalui penetapan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), larangan mudik, physical distancing, penggunaan masker di tempat umum, cuci tangan pakai sabun dan lain-lain. Upaya khusus juga disiapkan untuk menanggulangi bagi mereka yang sudah terkena di sarana pelayanan kesehatan. Upaya preventif masif ini sangat beralasan antara lain terkait dengan tingkat penularan penyakit yang sangat cepat, terbatasnya kapasitas layanan kesehatan dan sebarannya, serta belum adanya vaksin yang telah terbukti efektif  mencegah penyakitt Covid-19.

Namun kampanye preventif untuk memutus mata rantai penularan penyakit Covid-19[1], atau tiga langkah penting pencegahan virus Corona[2], dan sepuluh cara pencegahan agar terhindar dari virus Corona[3], belum banyak diimbangi dengan upaya peningkatan imunitas tubuh sebagai bentuk perlindungan efektif lainnya. Penyebaran informasi yang belum proporsional berimbas pada terbentuknya pola pikir, respon, dan tindakan masyarakat serta pemerintah daerah yang sampai saat ini masih bertitik berat pada upaya perlindungan fisik semata. Agar kampanye media untuk membentuk persepsi dan respon lebih berimbang dan komprehensif, perlu digencarkan upaya menjaga imunitas atau kekebalan tubuh melalui berbagai intervensi gizi kesehatan dalam konteks wabah Corona.

Pada tanggal 30 April 2020, dalam rapat virtual dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Menteri Keuangan Sri Mulyani telah menetapkan bahwa tidak ada pemotongan biaya untuk pencegahan stunting dan penyakit menular secara nasional . Namun demikian, kekhawatiran akan terjadi pengalihan alokasi anggaran secara besar-besaran untuk pencegahan penyebaran virus dan penanggulangan penyakit Covid-19 tetap tinggi. Hal ini mengindikasikan kurangnya pemahaman umum akan keterkaitan sangat erat antara upaya pencegahan masalah gizi yang salah satunya diindikasikan dengan angka stunting dengan upaya penanggulangan wabah Covid-19. Kekebalan tubuh merupakan salah satu faktor penentu utama dalam proses penularan dan penyebaran virus Corona. Selain itu, berbagai studi juga telah membuktikan bahwa fungsi kekebalan atau imunitas tubuh sangat bergantung pada status gizi seseorang. Keterkaitan ini dapat dijelaskan dengan mudah karena hampir semua komponen sistem kekebalan tubuh tersusun dari nutrien atau zat gizi, seperti protein, vitamin A, seng, vitamin C, dan lain-lain. Semuanya diharapkan dapat selalu tersedia dalam jumlah memadai dalam tubuh.

Dalam proses infeksi virus Corona, selain besarnya paparan fisik, kekebalan tubuh dari orang yang terkena (host) dapat menentukan: [1] terjadinya infeksi, [2] respon tubuh terhadap infeksi, dan [3] kemampuan pulih dari infeksi. Dengan kata lain, optimal atau tidaknya sistem imunitas seseorang akan menentukan setiap tahapan respon tubuh setelah paparan terhadap virus, termasuk khususnya Covid-19. Upaya mengoptimalkan kekebalan tubuh juga sama pentingnya dengan upaya mengurangi paparan virus. Salah satu kunci untuk menjaga sistem imunitas tubuh adalah dengan mempertahankan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) baik di tingkat rumah tangga, sarana kesehatan, dan tempat umum lainnya. Banyak hal-hal kecil terkait PHBS yang dapat dilakukan dalam upaya mendorong penguatan intervensi pencegahan stunting sekaligus sebagai bagian penanggulangan wabah Covid-19. Diantaranya dimulai dari diri kita, keluarga kita, lingkungan sekitar kita dan masyararakat secara lebih luas.

Di tingkat rumah tangga, minimal ada 10 indikator PHBS terkait upaya menjaga imunitas tubuh antara lain:

  1. Pemeriksaan kesehatan ibu hamil secara rutin, pertolongan persalinan, dan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan
  2. Bayi mendapat ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan
  3. Anggota rumah tangga mengkonsumsi beranekaragam makanan dalam jumlah cukup untuk mencapai gizi seimbang
  4. Penimbangan Balita
  5. Anggota rumah tangga menggunakan air bersih
  6. Anggota rumah tangga menggunakan jamban sehat
  7. Anggota rumah tangga membuang sampah pada tempatnya
  8. Anggota rumah tangga terbiasa mencuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB
  9. Anggota rumah tangga melakukan aktifitas fisik/olah raga
  10. Anggota rumah tangga tidak merokok

Dari kesepuluh indikator di atas, delapan indikator pertama telah tercakup dalam program sensitif dan spesifik yang menjadi program prioritas percepatan pencegahan stunting nasional. Masalah gizi pada anak – yang diindikasikan salah satunya oleh stunting – merupakan faktor resiko dari terganggunya fungsi kekebalan tubuh. Dengan kata lain, individu yang mengalami masalah gizi akan beresiko tinggi untuk terkena atau tertular penyakit, dan biasanya juga lebih sulit atau lebih lama dalam proses pemulihannya. Padahal, komponen terbesar dari sistem imunitas adalah zat gizi yang umumnya tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh, tetapi bergantung pada asupan makanan yang bervariasi. Maka dapat disimpulkan bahwa penurunan status gizi akan dapat mempermudah penularan dan sebaran penyakit, serta memperparah kondisi saat terinfeksi, termasuk oleh Corona.

Zat gizi yang masuk melalui makanan harus bisa diserap dan dipertahankan di dalam tubuh agar efektif dalam menunjang berbagai fungsi fosiologis yang salah satunya adalah fungsi kekebalan tubuh. Maka dari itu, selain menjaga asupan makanan, upaya untuk menjaga agar zat gizi dapat diserap dan dipertahankan dalam tubuh sampai pada pemanfaatan nantinya juga penting dilakukan. Dalam kondisi sakit, sistem pertahanan tubuh akan bereaksi dengan menggunakan banyak zat gizi sebagai bahan baku. Terganggunya berbagai fungsi tubuh saat sakit juga akan mengurangi kemampuan menyerap dan mempertahankan zat gizi dalam tubuh. Namun jika tubuh memiliki simpanan zat gizi yang cukup, maka umumnya infeksinya menjadi lebih ringan dan proses pemulihannya lebih cepat. Dalam konteks wabah Corona, idealnya berbagai upaya untuk mengurangi paparan terhadap penyakit lain dapat dicegah, termasuk melalui praktik sanitasi dan hygiene – yang merupakan intervensi gizi sensitif pencegahan stunting – juga perlu intensif dilakukan agar tidak terjadi kondisi co-morbiditas.

Keterkaitan timbal balik antara status gizi dan penyakit inilah yang menjadi dasar mengapa intervensi pencegahan stunting juga merupakan bagian penting dari upaya penanggulangan wabah Corona. Seluruh penjabaran di atas menekankan bahwa mengoptimalkan pelaksanaan intervensi gizi spesifik dan sensitif untuk percepatan pencegahan stunting juga merupakan upaya efektif untuk menanggulangi wabah corona selain dengan cara melindungi diri secara fisik dari paparan virus Covid-19 (lihat skema terlampir jika mau membuat infografis juga).

 

Skema Intervensi Gizi Spesifik dan Sensitif dalam Upaya Penanggulangan Wabah Corona

Skema Intervensi Gizi Spesifik dan Sensitif dalam Upaya Penanggulangan Wabah Corona

 

Referensi

BAGIKAN

Baca Juga

Link Terkait