TEMANGGUNG (https://stunting.go.id)- Akademi Keperawatan (Akper) Alkautsar Temanggung dan Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Temanggung bekerja sama dengan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Temanggung menggelar acara “Pembekalan Penggerak Cegah Kawin Anak dan Penurunan Stunting” bagi mahasiswa yang akan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Sebanyak 122 mahasiswa INISNU, 45 mahasiswa Akper AlKautsar, dan 20 penyuluh agama Islam non PNS bidang keluarga sakinah dilibatkan dalam acara yang dilaksanakan pada 8-9 November 2022. Pembekalan Penggerak Cegah Kawin Anak dan Penurunan Stunting ini merupakan aksi nyata dalam program percepatan penurunan stunting yang digencarkan oleh pemerintah. Aksi nasional ini melibatkan semua elemen di luar pemerintahan, termasuk civitas akademika perguruan tinggi.
Kegiatan KKN bermuatan mitigasi stunting ini menjadi percontohan yang baik dan menjadi kontribusi kampus terhadap aksi nasional percepatan penurunan stunting. Hadir dalam acara ini, Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendi, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, Bupati Temanggung HM Al-Khadziq, dan Kepala Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Jawa Tengah Musta’in Ahmad.
Menko PMK Muhadjir Effendi mengapresiasi peran serta instansi swasta yang terlibat dalam penanganan stunting, termasuk mencegah perkawinan anak. Pada kesempatan tersebut, Muhadjir mengukuhkan kader penggerak pencegahan perkawinan anak dan penurunan stunting dan menandatangani komitmen bersama INISNU dan Akper AlKautsar Temanggung, dalam hal percepatan penurunan stunting.
Dalam sambutannya, Muhadjir menyampaikan tentang risiko negatif perkawinan anak di bawah umur. “Pernikahan anak itu harus kita cegah, sebab hal ini membatasi mimpi. Anak yang seharusnya masih belajar dan mengejar cita cita, mimpinya terrenggut untuk mengurus anak dan keluarga,” katanya.
Rektor INISNU Temanggung Muh. Baehaqi mengungkapkan, pembekalan informasi stunting diberikan kepada para mahasiswa KKN karena mereka akan diterjunkan langsung ke masyarakat agar memberi penyuluhan mengenai stunting. Aksi lapangan yang dilakukan mahasiswa merupakan kewajiban memenuhi tuntutan akademik yang hasilnya akan dinilai sebagai persyaratan memenuhi mata kuliah.
“Mahasiswa yang siap KKN kami bekali dengan materi Bimbingan Remaja Usia Nikah, dengan tujuan mereka bisa melaksanakan kegiatan KKN tematik yang berfokus pada gerakan cegah kawin anak dan penurunan stunting,” ungkapnya.
Pembekalan tidak hanya tentang materi bagi mahasiswa sendiri, tetapi juga untuk masyarakat, di mana mereka diwajibkan ikut mengampanyekan upaya penurunan angka perkawinan anak dan penurunan angka stunting dengan cara menyebarkan, dan mengampanyekan nilai-nilai yang didapat dalam Bimbingan Remaja Usia Nikah.
Penyuluh agama dipandang sebagai salah satu elemen potensial yang dapat menjangkau masyarakat luas di seluruh pelosok Indonesia. Dengan kekuatan 50 ribu orang, penyuluh agama dapat menjadi corong yang efektif untuk melakukan penyadaran cegah stunting kepada masyarakat.
Sebelumnya, Wakil Presiden RI KH. Ma’ruf Amin pernah mengundang para penyuluh agama ke Istana Wakil Presiden dalam acara “Halaqoh Nasional Pelibatan Penyuluh Agama, Da’i, dan Da’iyah untuk Mendukung Percepatan Penurunan Stunting” pada Kamis (6/10/2022).
Kegiatan yang diinisiasi oleh Sekretariat Wakil Presiden dan didukung oleh Kementerian Agama ini mendatangkan 24 Ketua Kelompok Kerja Penyuluh Agama (Pokjaluh) dan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama dari 12 provinsi prioritas percepatan penurunan stunting, dan 36 orang dari pimpinan Ormas Islam dan kementerian/lembaga. Selain para penyuluh agama yang hadir secara langsung, ada 30 ribu penyuluh agama lainnya yang hadir dan mengikuti Halaqoh Nasional ini melalui platform Webinar dan youtube.
Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin yang juga Ketua Pengarah Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) mengatakan, para penyuluh agama, da’i, dan da’iyah memiliki peran strategis dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada masyarakat secara langsung.
Meskipun saat ini pemerintah telah memiliki tim percepatan penurunan stunting yang memiliki struktur dari tingkat pusat hingga tingkat desa, namun para penyuluh agama memiliki peran strategis karena pendekatan agama yang digunakan sangat akseptabel bagi masyarakat.
Pendekatan keagamaan, kata Wakil Presiden, sangat penting untuk menyampaikan pesan-pesan percepatan penurunan stunting, karena masyarakat kita adalah masyarakat yang sangat religius. Masyarakat Indonesia menjadikan agama sebagai landasan hidup yang menentukan tujuan hingga praktik kehidupan sehari-hari.
“Peran penyuluh agama sangat strategis, karena saudara-saudara adalah penyampai nilai-nilai dan pesan keagamaan di masyarakat, sekaligus menjadi sumber ilmu (manbaul ‘ulum), pendidik (murabbi), penggerak (muharrik), dan tauladan (uswatun hasanah) bagi masyarakat dan jamaahnya,” kata Kiai Ma’ruf Amin.
Stunting, masih kata Kiai Ma’ruf Amin, bukan hanya isu kesehatan, yang dapat dipisahkan dari pesan-pesan agama. Sebetulnya upaya mendorong percepatan penurunan stunting adalah langkah-langkah mulia untuk mengimplementasikan maqashid asy-syari’ah (tujuan-tujuan syariat Islam), terutama hifdh an-nafs (perlindungan jiwa), hifdh al-‘aql (perlindungan akal), dan hifdh an-nasl (perlindungan keturunan), sehingga menjadi bagian dari ibadah yang harus diamalkan dan didakwahkan kepada masyarakat.
“Saya optimis, jika para penyuluh agama, da’i, dan da’iyah menyampaikan pesan-pesan pencegahan stunting, insya Allah kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap stunting semakin meningkat, sehingga kasus stunting di masyarakat bisa dicegah dan prevalensi stunting bisa diturunkan secara signifikan” katanya. (mjr/mw)