SEMARANG (stunting.go.id)– Pemerintah Kota Semarang meluncurkan program bernama “Melon Musk”. Ini bukan program mobil listrik atau platform media sosial ala twitter, tetapi singkatan dari Milenial Gotong Royong Atasi Stunting di Kota Semarang. Peluncuran program ini dilakukan bersamaan dengan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 RI di halaman Balai Kota Semarang, Kamis (17/8/2023). Program ini dimaksudkan untuk mendorong generasi milenial berpartisipasi aktif dalam program penurunan stunting, khususnya di Kota Semarang.
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, mengatakan program itu adalah implementasi konsep “Dari Milenial untuk Milenial dan oleh Milenial”. “Banyak hal yang terkait generasi milenial untuk mengatasi stunting. Salah satunya untuk remaja putri harus rutin minum zat besi apabila mengidap anemia,” kata Mbak Ita, sapaan akrab Hevearita.
Milenial dirangkul dalam program ini karena kelompok ini adalah salah satu komponen penting dalam sasaran penurunan stunting, yaitu remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, selain tentu saja anak-anak balita di bawah 1000 hari. Sayangnya, tidak ada publikasi apapun yang menyebut secara rinci bentuk kegiatan Melon Musk ini.
Pada peluncuran program tersebut diputar film pendek yang berjudul Cinta dan Memahami, yang isinya tentang dampak negatif perkawinan anak. Program, gerakan, dan kegiatan lain telah dilakukan secara sinergis agar upaya penurunan stunting dapat lebih maksimal. Sebelumnya, Dinas Pertanian Kota Semarang menyelenggarakan Gerakan Minum Susu dan Telur (Gerimis Lur) di lapangan atletik Gelanggang Olah Raga (GOR) Tri Lomba Juang, Semarang, (09/03/2023).
Program lain yang sudah dilakukan di antaranya Aksi Bergizi yang sifatnya nasional, “Jo Kawin Bocah” yang sifatnya regional Jawa Tengah, dan berbagai program terpisah yang semuanya mengacu pada RAN-PASTI. RAN-PASTI (Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia) adalah panduan operasional terkait apa saja yang harus dilakukan oleh stakeholder dan pemerintah daerah dalam penanganan stunting, mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting yang menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Di Kota Semarang saat ini terdapat 1.100 anak stunting dan 600 ibu yang mengidap anemia. Secara prosentase, angka stunting di Kota Semarang tergolong rendah. Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan, prevalensi stunting Kota Semarang pada tahun 2022 adalah 10,40 persen, menurun dibandingkan tahun 2021 yang mencapai 16,40 persen. (mjr/mw)