TEMANGGUNG (stunting.go.id)- Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) menggelar sosialisasi aplikasi elsimil (Elektronik Siap Nikah dan Siap Hamil) kepada warga Desa Ngemplak, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencegah stunting secara dini, jauh-jauh hari sebelum pasangan menikah.
Stunting tidak terjadi tiba-tiba. Ia merupakan efek domino dari ibu yang tidak sehat, kekurangan zat besi, dan pola asuh yang salah. Untuk itulah, mahasiswa Unnes mengambil ceruk remaja dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang digelar selama 40 hari. Caranya dengan menyosialisasikan aplikasi elsimil sekaligus memberi guidance cara penggunaannya.
Kegiatan ini dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya pertemuan dan diskusi, kunjungan door to door ke rumah-rumah remaja siap nikah dan calon pengantin, serta talkshow mengundang nakes setempat. Talkshow ini tidak hanya sekadar pembicaraan yang monoton, tetapi diselingi dengan acara hiburan, menyanyi bersama, dan game. Dalam kegiatan itu para mahasiswa konsisten mengampanyekan elsimil dan pemanfaatannya untuk menekan angka stunting.
Elsimil merupakan aplikasi inovatif dari BKKBN sebagai alat pemantau kesehatan pasangan yang ingin menggelar pernikahan. Bila aplikasi ini diisi dan digunakan dengan benar, maka setiap individu pengguna dapat melakukan asesmen mandiri tentang kondisi kesehatannya. Itulah yang diajarkan mahasiswa Unnes kepada warga desa.
Elsimil selama ini telah memberikan data bermanfaat yang dapat digunakan untuk intervensi pencegahan stunting. Sejak diluncurkan pada Maret 2022 sampai penghujung tahun, sebanyak 83 ribu calon pengantin yang mendaftarkan pernikahan ke Kantor Urusan Agama diketahui memiliki masalah kesehatan yang berpotensi melahirkan anak-anak stunting. Hal ini terungkap dari rekapitulasi data yang ditangkap aplikasi elsimil.
Aplikasi ini meminta calon pengantin perempuan harus melakukan input data-data kesehatan umum, seperti lingkar lengan atas, lingkar lengan bawah, dan kadar hemoglobin. Pada tahun 2022, dari 151.599 calon pengantin di berbagai daerah se-Indonesia, lebih dari setengahnya bermasalah dengan kesehatan dan potensial memicu stunting. Kasus anemia ditemukan sebesar 17,8 persen, terlalu muda 7,2 persen, yang terlalu tua 7,5 persen, dan kekurangan gizi kronis sebesar 18 persen.
Salah satu mahasiswa bernama Faadiyah Nafiisatun mengungkapkan, para mahasiswa KKN tidak memiliki cukup uang untuk memberikan bantuan makanan tambahan atau program lain yang membutuhkan biaya. “Namun kreativitas kami mungkin memberi manfaat pada sasaran kampanye anti stunting agar secara preventif dapat memagari diri dari bahaya kegagalan tumbuh karena kekurangan gizi kronis,” katanya.
Universitas Negeri Semarang menurunkan sekitar lima ribu mahasiswa per tahun untuk diterjunkan ke berbagai daerah. Para mahasiswa ini dibagi dalam kelompok-kelompok yang memiliki kreativitas masing-masing. Di antaranya, ada yang mengajari warga memasak bahan makanan lokal bergizi, membuat resep-resep bermutu yang disukai anak-anak, seperti cookies bayam, kroget spinach, permen berbahan lokal, dan lain-lain. (mjr.mw)