JAKARTA (stunting.go.id)– Kesehatan gizi anak balita adalah hal terpenting bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka. Selain stunting yang disebabkan kekurangan gizi kronis, juga ada kekurangan gizi atau wasting, kekurangan zat gizi mikro seperti anemia, dan kelebihan gizi atau obesitas. Saat ini pemerintah telah berupaya keras menangani permasalahan stunting. Namun selain itu kasus-kasus wasting juga tidak sedikit.
Anak yang mengalami wasting atau gizi buruk tampak sangat kurus. Mereka memiliki berat badan rendah tidak sebanding dengan tinggi badannya. Ini ditandai dengan lingkar lengan atas kecil. Wasting biasanya terjadi ketika asupan diet anak tidak memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, selain karena kasus-kasus infeksi. Selain mengganggu pertumbuhan fisik dan psikis, wasting juga dapat berakibat fatal berupa kematian. Bayi dengan gizi buruk berisiko meninggal hampir 12 kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak bergizi baik.
Hal ini diulas dalam publikasi di laman Unicef Rabu (9/8/2023) lalu. Bila anak stunting memiliki tinggi badan lebih pendek bila dibandingkan anak seusianya, anak wasting tidak. Namun keduanya memiliki akar masalah yang sama. Wasting dan stunting adalah masalah gizi yang saling terkait, di mana kedua masalah gizi ini memiliki faktor risiko yang sama dan saling memperburuk kondisi satu dan lainnya. Selain risiko kematian yang tinggi, anak wasting yang tidak ditangani dengan baik berisiko 3 kali lebih tinggi menjadi stunting dan anak stunting berisiko 1,5 kali lebih tinggi menjadi wasting dibandingkan dengan anak gizi baik. Risiko kematian akan meningkat jika anak mengalami dua permasalahan gizi ini (wasting dan stunting) secara bersamaan.
Seribu hari pertama kehidupan seorang anak adalah periode emas untuk mencegah kedua jenis kekurangan gizi tersebut. Maka dari itu asupan gizi harus dijaga. Akan tetapi, apabila anak mengalami gizi buruk, mereka memerlukan penanganan dan perawatan segera yang efektif agar dapat bertahan hidup, mengejar pertumbuhan dan perkembangannya. (mjr/mw)