BANGKALAN (stunting.go.id)- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangkalan, Jawa Timur meluncurkan program Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) untuk pertama kali. SOTH adalah sekolah pengasuhan yang digagas oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Timur, sebagai terobosan untuk meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengasuh anak.
Pada tahap awal, SOTH di Bangkalan akan diterapkan di 10 desa, dan selanjutnya akan menyebar ke 281 desa yang tersebar di 18 kecamatan. Peluncuran SOTH massal ini merupakan upaya untuk mempercepat penurunan stunting di Bangkalan yang angkanya masih tinggi.
SOTH adalah sekolah santai yang tempatnya nebeng di balai RW atau spot lain yang dimiliki desa. Siswanya adalah ibu-ibu hamil dan yang memiliki balita, yang diharapkan datang dengan balitanya. Sekolah ini, meski sifatnya informal, telah dilengkapi dengan kurikulum pendidikan, silabus, pemetaan instruktur, rencana kegiatan pembelajaran, perangkat monitoring, jurnal, absensi peserta, absensi pengelola, buku tamu, bahkan memiliki lagu mars.
SOTH didedikasikan untuk membangun komitmen dalam berkomunikasi antara orang tua dengan anak-anaknya sesuai ilmu dan metode yang benar. Maka dari itu, SOTH memberikan program intensif kepada orang tua balita yang sebagian besar adalah generasi milenial.
Sekolah ini merekrut para orang tua beserta anak balitanya sekaligus. Jadi, saat orang tua mengikuti kelas, mereka belajar dan mendapatkan materi. Di sisi lain, anak-anak mereka bisa bermain untuk melatih gerak motoriknya dengan pendampingan tenaga terlatih. Guna mendukung perkembangan anak, SOTH akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti trampolin, jungkitan, ayunan, perosotan, dan fasilitas lainnya. Setelah belajar, balita mendapat makanan bergizi, seperti susu maupun makanan bergizi yang lainnya. Dalam kurikulumnya, setiap angkatan akan mengikuti 13 pertemuan.
Pelaksana Tugas (Plt.) Bupati Bangkalan, Mohni, mengungkapkan SOTH adalah program jangka panjang untuk menjaga pertumbuhan dan kualitas kesehatan anak-anak. Prinsipnya, mendidik orang tua agar tidak melakukan kesalahan pola asuh yang merugikan anak. Stunting adalah ancaman laten karena setiap masa selalu ada generasi-generasi yang tidak beruntung mendapatkan pola asuh yang tidak tepat dengan taraf ekonomi yang tidak memadai.
“Orang tua memiliki peran penting dalam mencegah stunting. Melalui program ini diharapkan kasus stunting di Bangkalan ini bisa ditekan serendah-rendahnya,” katanya. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi stunting di Kabupaten Bangkalan pada tahun 2022 mencapai 26,2%. “Meskipun masih tinggi, ini pencapaian positif karena turun 12,7 persen dibanding dengan tahun sebelumnya,” kata Mohni. Prevalensi 26,2% masih jauh di atas ambang batas WHO 20%, dan juga masih jauh dari prevalensi rata-rata nasional tahun 2022 21,6%. (mjr.mw)