MATARAM— Khotbah Jum’at kini mulai diisi dengan materi pencegahan stunting. Di Mataram, Nusa Tenggara Barat, materi terkait stunting telah ditulis dan disebarkan ke masjid-masjid di daerah itu.
Di Masjid as-Sakinah Mataram, Jum’at (14/10/2022) lalu, Ustadz M. Ridwan Amiruddin mengajak seluruh warga NTB turut berperan aktif menekan prevalensi stunting di NTB yang saat ini masih 37 persen. “Pemerintah Provinsi NTB menargetkan prevalensi stunting turun 14 persen pada 2024, sejalan dengan target nasional. Oleh karena itu, semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat harus gotong royong untuk menyukseskan target penurunan stunting ini,” katanya di atas mimbar.
Ia melanjutkan, dari hadis riwayat Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari pada mukmin yang lemah.” “Allah SWT lebih mencintai mukmin yang kuat, karena mukmin yang kuat mampu melaksanakan amanah yang ada padanya, sedangkan mukmin yang lemah masih harus berjuang lagi,” katanya.
Agama Islam, kata Ridwan Amiruddin, mengajarkan keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat, sehingga umat Islam harus tangguh dalam berbagai bidang, baik sosial, budaya, kesehatan, gizi maupun ilmu pengetahuan.
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mulai melibatkan tokoh agama dalam upaya percepatan penurunan stunting. Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi NTB, Sama’an, menyampaikan komitmen menurunkan angka stunting dengan berbagai cara, termasuk program
“Gerakan Aksi Sadar Stop Stunting” yang di antaranya mengisi khotbah Jum’at.
“Hal ini dilakukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat luas tentang stunting dengan harapan bisa mengubah perilaku masyarakat menghindari terjadinya kasus stunting,” katanya.
Salah satunya adalah dengan memasukkan materi pencegahan stunting ke dalam khotbah Jum’at di 1005 masjid seluruh desa/kelurahan. Materinya adalah mencegah stunting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Khotbah Jum’at dianggap sebagai media keagamaan yang strategis untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya mencegah stunting sebagai bagian dari misi Islam untuk mewujudkan sumber daya manusia yang sehat, unggul, dan produktif sebagai khalifah fil ardl.
“Masyarakat harus disadarkan bahwa stunting itu sangat berdampak pada masa depan umat manusia. Sehingga mulai dari sekarang, harus betul-betul diantisipasi. Agar anak-anak dapat tumbuh kembang secara normal dan sempurna tentunya,” jelas Sama’an.
Koordinator Program Manajer Satgas Stunting Provinsi NTB, Karjono, upaya yang dilakukan melalui pendekatan mimbar agama diharapkan dapat menyentuh semua elemen di NTB, dan menjadi best practice yang berhasil.
Materi stunting dalam khotbah Jum’at, menurutnya, akan terus dilaksanakan dan disesuaikan dengan tema-tema yang menarik sesuai dengan periode emas siklus kehidupan, yakni 1000 hari pertama kehidupan (HPK).
Pelaksanaan kegiatan ini melibatkan Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang tersebar di seluruh wilayah NTB, mulai dari pemberian materi khotbah hingga melakukan peliputan dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di wilayah kerja masing-masing. Kegiatan ini menurut Karjono dipantau dari sekretariat TP2S yang berpusat di Masjid Hubbul Wathan Islamic Center Mataram.
Sebelumnya dalam kesempatan yang lain, Wakil Presiden RI, KH. Ma’ruf Amin, telah meminta agar kampanye perubahan perilaku masyarakat terkait stunting juga dijalankan menggunakan pendekatan agama. Terkait hal ini, Wapres mengundang perwakilan penyuluh agama, da’i, dan da’iyah ke Istana Wapres dalam acara “Halaqoh Nasional Pelibatan Penyuluh Agama, Da’i, dan Da’iyah untuk Mendukung Percepatan Penurunan Stunting” Kamis (6/10/2022).
Pada kesempatan Halaqoh Nasional tersebut, sebanyak 24 orang perwakilan dari Ketua Kelompok Kerja Penyuluh Agama (Pokjaluh) dan Kepala Kanwil Kementerian Agama dari 12 provinsi prioritas diterima Wakil Presiden di Istana, dan sekitar 30an ribu lainnya bergabung dalam platform media Webinar dan youtube.
Wakil Presiden memanggil para penyuluh agama, da’i, dan da’iyah mengambil peran strategis dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada masyarakat dengan pendekatan agama yang telah terbukti akseptabel di masyarakat.
Pendekatan keagamaan, kata Wakil Presiden, sangat penting untuk menyampaikan pesan-pesan percepatan penurunan stunting, karena masyarakat kita adalah masyarakat yang sangat religius. Masyarakat Indonesia menjadikan agama sebagai landasan hidup yang menentukan tujuan hingga praktik kehidupan sehari-hari. Banyak masalah di Indonesia dapat diselesaikan dengan pendekatan keagamaan, sebagai penerapan sila pertama dari Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
“Oleh karena itu, peran saudara-saudara sebagai tokoh agama, pimpinan organisasi masyarakat Islam, penyuluh agama, da’i, dan da’iyah sangat strategis. Karena saudara-saudara adalah penyampai nilai-nilai dan pesan keagamaan di masyarakat, sekaligus menjadi sumber ilmu (manbaul ‘ulum), pendidik (murabbi), penggerak (muharrik), dan tauladan (uswatun hasanah) bagi masyarakat dan jamaahnya,” lanjut Kiai Ma’ruf Amin pada Halaqoh Nasional tersebut.
“Saya optimis, jika para penyuluh agama, da’i, dan da’iyah menyampaikan pesan-pesan pencegahan stunting, insya Allah kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap stunting semakin meningkat, sehingga kasus stunting di masyarakat bisa dicegah dan prevalensi stunting bisa diturunkan secara signifikan” kata Wapres mengakhiri sambutannya.
Diketahui, Indonesia memiliki progres yang baik dalam upaya penurunan angka stunting. Angka prevalensi stunting telah menurun signifikan dari 27,7% pada 2019, menjadi 24,4% pada 2021. Pada tahun 2024, pemerintah menargetkan prevalensi stunting turun menjadi 14%. Untuk itu, pemerintah memberi perhatian khusus pada 12 provinsi prioritas.
NTB adalah satu dari tujuh provinsi yang memiliki prevalensi stunting tertinggi. Enam provinsi yang lain adalah Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Aceh. (mjr/mw)