SURABAYA (stunting.go.id)- Provinsi Jawa Timur masih menarik perhatian Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) dalam hal populasi bayi stunting. Menko PMK Muhadjir Effendy mengatakan, Provinsi Jawa Timur sangat padat penduduk sehingga anak stunting secara jumlah masih besar meskipun prevalensinya selalu menurun.
“Jadi, walaupun prevalensi stuntingnya tidak besar, tetapi karena populasinya besar, maka efek agregatnya akan sangat besar untuk tingkat nasional. Karena itu, Jawa Timur memang menjadi perhatian utama kita,” ungkap Menko PMK dalam Roadshow Percepatan Penurunan Stunting dan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur pada Rabu, (01/03/23). Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022, prevalensi stunting di Provinsi Jawa Timur sebesar 19,2 persen.
Tiga kabupaten yang menjadi kontributor atas tingginya prevalensi stunting di Jatim adalah Kabupaten Jember, Situbondo, dan Kabupaten Bondowoso. Prevalensi stunting di Kabupaten Jember menurut SSGI tahun 2022 masih bertengger di angka 34,9 persen. Sementara itu, Situbondo masih berada di angka 30,9 persen dan prevalensi stunting Kabupaten Bondowoso masih di angka 32 persen (SSGI 2022).
Terdapat banyak aspek yang memengaruhi tingginya angka stunting. Selain karena faktor kemiskinan ekstrem, ada pula persoalan belum adanya pemahaman yang sama antar pemangku kepentingan serta kurangnya ketersediaan alat kesehatan serta terbatasnya keterampilan kader dalam komunikasi dan teknis pengukuran.
Menko PMK Muhadjir Effendy memerintahkan pemutakhiran alat ukur di semua Puskesmas. “Jadi, semua mohon didata kekurangan alat antropometri dan USG. Untuk tiap Posyandu harus ada 1 antropometri dan 1 USG di tiap Puskesmas,” ujar Muhadjir.
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elistianto Dardak mengatakan, sekitar 21 kabupaten/kota di Jatim mencatat penurunan tajam di bawah 18,4 persen. Namun sebaliknya, terdapat 3 kabupaten/kota yang memiliki angka prevalensi stunting di atas 30 persen. Dikatakannya, beberapa masalah klasik masih menghantui Jatim seperti kesehatan ibu, remaja, dan perkawinan anak. (mjr.mw)