KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN

PAUD Siola Mamuju, Prevent Stunting in the Golden Age of Child Growth

10 April 2020 | Good Practice

PAUD Siola Mamuju, Cegah Stunting Di Usia Keemasan Pertumbuhan Anak

BILA dilihat sekilas, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Siola besutan Pemerintah Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat ini sama dengan PAUD kebanyakan. Bangunan khas sekolah dengan beberapa ruang kelas lengkap dengan sejumlah permainan anak seperti perosotan, ayunan, mangkok putar, dan lain sebagainya. Namun, jika ditelisik lebih jauh, maka PAUD ini memiliki sesuatu yang tidak dimiliki PAUD lain.

Ya, PAUD Siola yang dberi nama Matahari ini mengintegrasikan pendidikan bagi anak usia dini dengan Posyandu. Posyandu itu berfungsi sebagai fasilitas kesehatan, bina keluarga balita, sekaligus tempat konsultasi bagi orangtua muda dan keluarga baru.

Siola sendiri merupakan akronim dari stimulasi, intervensi, dan optimalisasi layanan bagi anak. Dalam bahasa Mandar, Siola memiliki arti bersama-sama yang kemudian diterjemahkan sebagai upaya bersama-sama atau kovergensi dalam memajukan Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.

“Posyandu ini memudahkan anak-anak yang sekolah disini untuk diperiksa kesehatannya setiap bulan. Jadi mereka bisa tetap bersekolah saat Posyandu setiap bulannya,” ungkap Kepala Sekolah PAUD Siola Matahari, Hasriah yang terletak di Kelurahan Binanga, Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, Rabu (20/11).

Hasriah menerangkan, PAUD Siola berfokus pada upaya mengoptimalkan tumbuh kembang anak di usia emas yakni 0 – 6 tahun dengan sejumlah stimulasi. Usia tersebut menurutnya merupakan masa emas anak yang sangat menentukan kualitas kesehatan fisik, mental dan moral anak kedepan.

Di Siola Matahari, kata dia, secara rutin diselenggarakan konseling kepada orangtua dengan bahasan seperti pola asuh, tumbuh kembang anak, makanan tambahan, dan juga sosialisasi mengenai stunting. Ilmu yang ditularkan kepada orangtua murid tersebut merupakan bekal yang diperoleh para pengajar Paud saat mengikuti pendidikan dasar (Diksar) PAUD yang diselenggarakan Pemkab Mamuju.

Hasriah memaparkan, salah satu tantangan yang dihadapi SIOLA Matahari adalah rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi keluarga pada rumah tangga yang berada di sekitar lokasi PAUD. Menurutnya, tidak mudah meyakinkan para orangtua untuk mengajak anak bersekolah karena mereka merasa tidak mampu membayar dan tidak bisa baca tulis.

“Perbulan ada sumbangan sukarela sebesar Rp35.000 per bulan, tapi kalau ada yang tidak mampu akan kami gratiskan. Uang itu untuk operasional PAUD,” tuturnya. “Target kami tentu berseiring dengan target pemerintah pusat yakni dibawah 20 persen. Pekerjaan rumah yang berat, namun saya yakin dengan kerja keras dan sinergitas seluruh OPD angka tersebut bisa tercapai,” imbuhnya.

Keseriusan Pemerintah Kabuputen Mamuju dalam upaya pencegahan stunting ditunjukan dengan telah dilaksanakannya 4 aksi dari 8 aksi konvergensi pencegahan stunting yaitu analisa situasi, perencanaan kegiatan, rembuk stunting dan penerbitan peraturan bupati.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Mamuju, Murnaini mangungkapkan untuk memperkuat kapasitas dan kompetensi tenaga pendidik PAUD, pihaknya juga bekerjasama dengan Himpaudi. Tenaga pendidik PAUD seluruh desa diberikan pelatihan berjenjang dengan menggunakan dana desa.

Murnaini mengatakan, setiap tahunnya pemerintah desa mengalokasikan anggaran sejumlah Rp5 juta yang digunakan untuk pelatihan bagi dua orang tenaga pendidik PAUD. Diklat dasar tersebut dilaksanakan secara bergilir agar seluruh tenaga pendidik memiliki kapasitas dan kompetensi yang sama.

“Apabila seluruh tenaga pendidik telah mengikuti diklat dasar barulah menginjak pada diklat tingkat lanjut dan tingkat mahir. Diklat ini untuk memenuhi standar dan kualifikasi tenaga pendidik PAUD sesuai tuntutan Permendikbud 137/2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini,” paparnya.

Dalam diklat tersebut, lanjut Murnaini, tenaga pendidik wajib memahami 10 materi dasar yang meliputi konsep dasar PAUD, perkembangan anak, cara belajar anak usia dini (AUD), kesehatan AUD, dapat membuat rencana pembelajaran, mampu melakukan penilaian perkembangan anak, memiliki etika dan karakter pendidik AUD, termasuk didalamnya materi mengenai stunting itu sendiri.

Murnaini mengatakan, langkah positif yang dilakukan Kabupaten Mamuju ini sejalan dengan target pemerintah yang ingin melatih 2.000 Pelatih Pendidik PAUD bersertifikat di 100 Kabupaten/kota prioritas yang berorientasi gizi sensitif, dan melakukan Pelatihan Guru PAUD (2 orang per desa) di 20 persen Desa Kabupaten/Kota prioritas pada tahun 2019.

“Dalam pencegahan stunting selain dari sisi kesehatan, Mamuju juga menitikberatkan pada optimalisasi peran PAUD. Kenapa PAUD ? karena pada usia 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen sehingga disebut masa emas anak. Kami ingin anak penerus Mamuju menjadi anak-anak yang cerdas dan sehat sehingga kelak dapat membawa Mamuju menjadi lebih maju,” pungkasnya.

 

Media Pembelajaran, Direktorat Jenderal Bina Pembangunan daerah, Kementerian Dalam Negeri

BAGIKAN

Baca Juga

Link Terkait