JAKARTA (12 Agustus 2020) – Wakil Presiden Ma’ruf Amin menegaskan bahwa air susu ibu (ASI) menjadi benteng pertama mencegah stunting pada anak. Menurut Wapres, ASI bahkan sangat istimewa karena tidak dapat digantikan makanan atau minuman apapun.
“1.000 Hari Pertama Kehidupan adalah tiang pondasi generasi muda republik ini. Ini adalah periode yang sangat menentukan ke depannya. Jadi, pastikan hak ASI anak-anak kita terpenuhi untuk mewujudkan Indonesia bebas stunting,” ungkap Wapres saat pembukaan webinar dalam rangka Pekan Menyusui Sedunia tahun 2020 di Jakarta, Rabu (12/8).
“Ibu juga harus memperoleh asupan makanan yang bergizi sejak masa kehamilan hingga melahirkan agar dapat menghasilkan ASI dengan kuantitas yang besar dan berkualitas baik,” tambah Wapres.
Hadir sebagai pembicara dalam acara bertajuk “Invest-ASI Indonesia untuk Bumi yang Lebih Sehat” itu yakni Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Bhakti Pulungan, dan Nutrition Specialist UNICEF Sri Sukotjo. Webinar diikuti oleh ribuan peserta dari seluruh Indonesia secara virtual.
Wapres mengatakan, inisiasi pemberian ASI sejak dini secara eksklusif hingga enam bulan pertama dapat mengurangi risiko stunting. Kandungan karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral dalam ASI dapat membantu meningkatkan sistem imunitas pada bayi yang baru lahir sehingga sangat bermanfaat di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.
Wapres menyebut semahal apapun susu formula tidak akan bisa menandingi kebaikan gizi yang terkandung dalam ASI. Tidak hanya itu, ASI dapat memperkuat hubungan emosional antara ibu dan bayi. Oleh karena itu, Wapres berharap agar para ibu termasuk pekerja perempuan tidak memberikan makanan lain kepada bayinya selama enam bulan pertama.
“Generasi muda hari ini menjadi tanggung jawab kita bersama. Kalau kita semua sepakat Indonesia harus maju dan unggul, maka kita harus memberikan yang terbaik bagi generasi yang akan memegang estafet kepemimpinan Indonesia kedepan,” tuturnya.
Stunting, lanjut Wapres, menjadi ancaman serius bagi anak-anak Indonesia karena tidak hanya berdampak pada tinggi tubuh, tapi juga aspek kognitif. Tingginya prevalensi stunting di Indonesia ini bahkan memosisikan Indonesia ke dalam lima besar negara dengan prevalensi stunting tertinggi di Asia.
“Maka dari itu, tidak bisa tidak persoalan ini harus menjadi perhatian bersama untuk segera dituntaskan,” imbuhnya.
Apalagi, tambah Wapres, beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo telah memerintahkan untuk melakukan percepatan berbagai program penurunan stunting. Presiden meminta penanganan stunting difokuskan pada 10 provinsi yang memiliki prevalensi stunting tertinggi, di antaranya NTT (Nusa Tenggara Timur), Sulbar (Sulawesi Barat), NTB (Nusa Tenggara Barat), Gorontalo, Aceh, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah.
“Saya optimistis, dengan kerja keras dan kerja bersama angka prevalensi stunting di Indonesia bisa turun hingga 14% di tahun 2024 mendatang. Indonesia pasti bisa,” pungkasnya. (***)